Kitab Investasi

Kamis, 07 November 2024

Menulis Cerpen Secara Kreatif

A. Pengertian Cerpen

Cerpen, singkatan dari cerita pendek, adalah karya sastra berbentuk prosa naratif yang menceritakan kisah fiksi dengan alur cerita tunggal. Panjang cerpen umumnya tidak lebih dari 10.000 kata. Cerpen bertujuan untuk menyampaikan cerita singkat yang padat dan mampu memberikan kesan mendalam pada pembaca.

B. Ciri-Ciri Cerpen

  1. Singkat dan Padat: Berbeda dari novel atau roman, cerpen hanya berfokus pada satu kejadian utama.
  2. Jumlah Tokoh Terbatas: Tokoh dalam cerpen biasanya terbatas, tidak lebih dari tiga atau empat tokoh utama.
  3. Alur Sederhana: Cerpen memiliki alur yang sederhana dan langsung, tidak ada alur bercabang atau cerita sampingan.
  4. Latar Terbatas: Cerpen menggunakan latar (setting) yang terbatas, baik waktu, tempat, maupun suasananya.
  5. Kesan Mendalam: Meski singkat, cerpen berupaya memberikan kesan atau pesan yang mendalam kepada pembacanya.

C. Struktur Cerpen

Struktur cerpen membangun cerita secara runtut sehingga pembaca mudah mengikuti jalannya cerita. Struktur umum cerpen meliputi:

  • Orientasi: Bagian awal cerita yang memperkenalkan tokoh, latar, dan suasana.
  • Komplikasi: Bagian di mana konflik mulai muncul dan situasi semakin rumit.
  • Klimaks: Titik puncak cerita ketika konflik mencapai ketegangan tertinggi.
  • Antiklimaks: Bagian penurunan dari klimaks, di mana konflik mulai menemukan penyelesaian.
  • Resolusi: Bagian akhir cerita di mana konflik selesai, baik dengan penyelesaian terbuka maupun tertutup.

D. Unsur-Unsur Intrinsik Cerpen

  1. Tema: Gagasan utama atau ide dasar yang ingin disampaikan dalam cerita.
  2. Tokoh dan Penokohan: Karakter yang muncul dalam cerita, serta bagaimana karakteristik atau sifat mereka ditampilkan.
    • Protagonis: Tokoh utama yang umumnya bersifat positif.
    • Antagonis: Tokoh yang menjadi penghambat atau lawan protagonis.
  3. Alur: Urutan peristiwa yang membentuk cerita, bisa berupa alur maju, mundur, atau campuran.
  4. Latar (Setting): Tempat, waktu, dan suasana yang digunakan dalam cerita.
  5. Sudut Pandang (Point of View): Cara pandang pengarang dalam menceritakan kisah.
    • Orang Pertama: Menggunakan kata “aku” atau “saya”, di mana pengarang menjadi tokoh dalam cerita.
    • Orang Ketiga Serba Tahu: Pengarang berada di luar cerita namun mengetahui segalanya.
  6. Amanat (Pesan Moral): Nilai atau pelajaran yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca.

E. Unsur Ekstrinsik Cerpen

  1. Latar Belakang Pengarang: Termasuk biografi dan pandangan hidup yang mempengaruhi tulisan pengarang.
  2. Nilai Sosial: Nilai-nilai yang terkait dengan norma, budaya, atau kebiasaan yang berlaku di masyarakat.
  3. Pengaruh Situasi Sosial-Budaya: Keadaan sosial dan budaya yang dapat mempengaruhi alur, karakter, atau konflik dalam cerpen.

F. Langkah-Langkah Menulis Cerpen Secara Kreatif

  1. Menentukan Tema: Tentukan tema yang menarik dan sesuai dengan pengalaman atau pengamatan kehidupan sehari-hari.
  2. Mengembangkan Ide Cerita: Ide cerita bisa berasal dari pengalaman pribadi, pengamatan lingkungan sekitar, atau imajinasi.
  3. Menyusun Tokoh dan Penokohan: Menentukan karakter tokoh, sifat, dan peran yang akan dimainkan dalam cerita.
  4. Menentukan Alur Cerita: Pilih alur yang ingin digunakan (maju, mundur, atau campuran) untuk mengatur jalannya cerita.
  5. Menentukan Latar Cerita: Tentukan tempat, waktu, dan suasana yang mendukung cerita agar terlihat realistis.
  6. Membuat Konflik yang Menarik: Konflik adalah bagian penting yang membuat cerita menjadi menarik, baik konflik internal maupun eksternal.
  7. Menulis Draf Cerpen: Mulailah menulis cerita dari pengenalan hingga akhir cerita dengan mengikuti struktur cerpen.
  8. Menyunting dan Merevisi: Periksa kembali cerita yang sudah ditulis, memperbaiki tata bahasa, ejaan, dan memastikan alur tidak melompat-lompat.

G. Teknik Penulisan Cerpen

  • Dialog yang Alami: Ciptakan dialog yang mengalir alami agar karakter terlihat hidup.
  • Deskripsi yang Mendalam: Gunakan deskripsi yang mampu menggambarkan suasana dan latar dengan jelas tanpa berlebihan.
  • Membuat Pembukaan yang Menarik: Buat kalimat pembuka yang mampu menarik perhatian pembaca.
  • Menggunakan Gaya Bahasa yang Tepat: Sesuaikan gaya bahasa dengan karakter tokoh dan tema cerita.

H. Contoh dan Analisis Cerpen

Agar siswa dapat lebih memahami unsur-unsur cerpen, guru dapat memberikan contoh cerpen untuk dianalisis. Misalnya, siswa dapat diminta untuk:

  1. Mengidentifikasi tema, tokoh, dan alur dalam cerita.
  2. Menganalisis gaya bahasa yang digunakan dalam cerpen tersebut.
  3. Menentukan pesan moral atau amanat yang ingin disampaikan pengarang.

I. Latihan Menulis Cerpen

Latihan menulis cerpen akan membantu siswa memahami praktik menulis dengan baik. Guru dapat memberikan latihan seperti:

  1. Menulis cerpen dengan tema yang sudah ditentukan.
  2. Menulis cerpen dengan tokoh dan konflik yang sudah ditentukan.
  3. Menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi atau pengamatan sehari-hari.

J. Tips Menulis Cerpen Secara Kreatif

  1. Buatlah Alur yang Sederhana dan Jelas: Alur yang terlalu rumit dapat membuat cerpen sulit dipahami.
  2. Berikan Ending yang Menggugah: Ending yang mengejutkan atau reflektif mampu membuat cerita lebih berkesan.
  3. Gunakan Bahasa yang Menarik: Pilih kata-kata yang tidak biasa, namun tetap mudah dipahami oleh pembaca.
  4. Menulis dengan Perasaan: Tulislah dengan perasaan agar cerita terasa lebih hidup dan emosional.
  5. Sediakan Ruang untuk Imajinasi Pembaca: Biarkan beberapa aspek terbuka untuk ditafsirkan pembaca, sehingga mereka dapat terlibat dalam cerita.

Perkakas teknologi digital (Praktek Mengetik 5: Membuat surat Resmi dan Cover )

 LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK


Judul Materi Ajar          :   Perkakas teknologi digital (Mengetik 5: Membuat surat Resmi dan Cover)
Tujuan Pembelajaran :   peserta didik mampu memahami pemanfaatan lebih beragam perkakas teknologi digital untuk membuat laporan, presentasi, serta analisis dan interpretasidata
Mata Pelajaran     : Informatika
Jenjang/Kelas       : SMK/X
Nama Anggota Kelompok:
1.            ______________________________
2.            ______________________________
3.            ______________________________
4.            ______________________________
 

Langkah Kerja
  • Menyiapkan Komputer/Laptop
  • Membuka dan membaca link materi yang disertakan
  • Melakukan diskusi kelompok untuk menentukan tugas masing – masing anggota
  • Mengidentifikasi materi Pembelajaran
  • Mendiskusikan hasil identifikasi materi 
  • Menentukan dan merangkum hasil identifikasi materi berupa langkah-langkah kerja 
  • Membuat laporan hasil identifikasi materi di BUKU CATATAN MASING-MASING
  • Mencetak  dan mempresentasikan hasil diskusi kelompok berisi 
Tugas PRAKTEK 
Mendiskusikan dan membuat DOKUMEN LATIHAN MENGETIK 5

HASIL PEMBELAJARAN

Mencetak  hasil PRAKTEK kelompok berupa DOKUMEN LATIHAN MENGETIK 5 menggunakan aplikasi pengolah kata (kata dan ukuran dokumen yang dicetak Wajib  sama dengan CONTOH) 



Selasa, 05 November 2024

Unsur Intrinsik dan Unsur Ekstrinsik Cerpen: "Robohnya Surau Kami" karya A.A. Navis

 A. Unsur Intrinsik

  1. Tema:

    • Kritik Sosial dan Keagamaan. Cerpen ini mengangkat tema tentang pentingnya tindakan nyata dalam kehidupan beragama, bukan hanya sekadar beribadah tanpa memahami makna sesungguhnya. Cerpen ini menyentil perilaku tokoh yang rajin beribadah namun lupa akan tanggung jawab sosialnya.
  2. Tokoh dan Penokohan:

    • Tokoh Utama: Kakek. Kakek adalah tokoh sentral yang digambarkan sebagai sosok yang rajin beribadah, taat, dan sering menyendiri di surau. Namun, ia juga digambarkan sebagai seseorang yang cenderung mengabaikan kewajiban sosialnya dalam kehidupan sehari-hari.
    • Pendukung: Ajo Sidi. Ajo Sidi adalah tokoh yang mengkritik cara beribadah Kakek. Ia mengingatkan bahwa hanya beribadah tanpa berbuat baik dalam kehidupan sosial tidak cukup.
    • Tokoh Tambahan: Orang-orang di kampung yang menjadi simbol masyarakat yang pasif.
  3. Alur (Plot):

    • Alur Maju. Cerita dimulai dari kehidupan Kakek yang sehari-hari di surau hingga percakapan dengan Ajo Sidi yang memberikan kritik tajam. Cerita berlanjut dengan kakek yang merasa tertekan oleh kritik tersebut hingga akhirnya surau yang ia jaga mulai roboh, sebagai simbol kegagalan pemahaman agamanya.
    • Tahapan Alur:
      • Pendahuluan: Pengenalan Kakek yang rajin beribadah di surau.
      • Konflik: Ajo Sidi memberi cerita yang menyindir Kakek tentang seseorang yang masuk neraka meskipun rajin beribadah.
      • Klimaks: Kakek merasa tertekan dengan kisah itu, merasa bahwa hidupnya penuh dosa.
      • Antiklimaks: Surau yang selama ini menjadi tempat ibadahnya mulai runtuh.
      • Penyelesaian: Kakek merasa sia-sia dalam hidupnya karena merasa hanya fokus pada ibadah tanpa memperhatikan tanggung jawab sosial.
  4. Latar (Setting):

    • Tempat: Surau kecil di kampung. Surau ini adalah pusat dari kehidupan Kakek, tempat ia beribadah dan tinggal.
    • Waktu: Tidak dijelaskan secara spesifik, namun cerita terjadi pada masa lampau.
    • Suasana: Penuh renungan dan kritik sosial. Suasana cerita penuh dengan rasa introspeksi dan teguran moral.
  5. Sudut Pandang:

    • Sudut Pandang Orang Ketiga Serba Tahu. Narator tidak terlibat dalam cerita dan mengetahui semua perasaan serta pikiran tokoh-tokohnya.
  6. Amanat:

    • Pesan Moral: Beribadah tidak hanya sekadar ritual, tetapi harus dibarengi dengan tindakan nyata dalam kehidupan sosial. Iman dan amal harus berjalan seiring untuk menjadi manusia yang baik dalam agama.

B. Unsur Ekstrinsik

  1. Latar Belakang Pengarang:
    A.A. Navis dikenal sebagai sastrawan yang kritis terhadap kondisi sosial dan keagamaan masyarakat Indonesia, terutama pada masanya. Dia sering mengangkat isu-isu keagamaan yang menyentuh kehidupan sehari-hari, memperingatkan bahwa agama tidak hanya terbatas pada ritual tetapi juga harus diimplementasikan dalam tindakan nyata.

  2. Kondisi Sosial Masyarakat:
    Cerpen ini ditulis pada masa ketika masyarakat Indonesia masih sangat terikat dengan kehidupan religius, tetapi sebagian dari mereka hanya fokus pada ritual ibadah tanpa memedulikan kewajiban sosial. Melalui cerpen ini, pengarang mencoba mengkritik kondisi tersebut, memperingatkan bahwa agama tidak boleh hanya menjadi formalitas.

  3. Nilai-Nilai Sosial dan Keagamaan:
    Cerpen ini mengandung nilai keagamaan yang sangat kuat, terutama tentang makna ibadah yang sebenarnya. Ada juga nilai sosial, yaitu tentang pentingnya berkontribusi dalam kehidupan bermasyarakat, tidak hanya mementingkan ibadah pribadi.


analisis lengkap dari unsur intrinsik cerpen "Robohnya Surau Kami" karya A.A. Navis:

1. Tema

Tema utama cerpen ini adalah kritik sosial dan keagamaan, yaitu mengingatkan bahwa ibadah tidak hanya sekadar ritual, tetapi juga harus diimplementasikan dalam kehidupan sosial. Cerpen ini menekankan bahwa keberagamaan yang baik tidak hanya berfokus pada kegiatan spiritual, tetapi juga pada peran aktif dalam kehidupan bermasyarakat. Melalui karakter Kakek, penulis menyoroti bahwa keberhasilan ibadah diukur bukan hanya dari ketekunan beribadah, tetapi juga dari kepedulian sosial.

2. Tokoh dan Penokohan

  • Kakek:
    Tokoh utama dalam cerita ini adalah Kakek, seorang lelaki tua yang rajin beribadah. Ia digambarkan sebagai sosok yang taat menjalankan perintah agama, tetapi ia melupakan aspek sosial dan tanggung jawabnya terhadap masyarakat. Kakek merasa cukup dengan beribadah tanpa melakukan perbuatan baik kepada sesama. Ia merasa bahwa keberhasilan hidup diukur dari seberapa rajin seseorang menjalankan ibadah ritual. Kakek juga digambarkan sebagai sosok yang tertutup dan lebih sering menyendiri di surau.

  • Ajo Sidi:
    Ajo Sidi adalah tokoh yang memberikan teguran kepada Kakek. Ia adalah seseorang yang menyampaikan kritik terhadap kehidupan Kakek melalui sebuah cerita sindiran. Cerita Ajo Sidi menyoroti orang-orang yang hanya beribadah secara ritual tanpa mengindahkan kewajiban sosial, yang pada akhirnya tidak diterima di sisi Tuhan. Ajo Sidi adalah representasi dari pandangan masyarakat yang kritis terhadap perilaku keberagamaan yang hanya bersifat ritualistik.

  • Orang-orang Kampung:
    Tokoh tambahan yang menjadi latar bagi cerita Kakek dan Ajo Sidi. Mereka merupakan simbol dari masyarakat yang bersikap pasif, hanya mengamati tanpa terlibat dalam perubahan sosial. Mereka menyaksikan kehidupan Kakek, tetapi tidak ada tindakan nyata untuk menyadarkannya hingga akhirnya surau roboh.

3. Alur (Plot)

Cerpen ini memiliki alur maju, yang sederhana namun sarat makna. Berikut tahapan alur ceritanya:

  • Pendahuluan: Kakek digambarkan sebagai sosok yang taat beribadah dan selalu berdiam di surau. Surau menjadi tempat di mana ia menghabiskan waktu untuk beribadah, mengasingkan diri dari kehidupan sosial.

  • Konflik: Ajo Sidi datang dan memberikan sindiran kepada Kakek melalui sebuah cerita. Cerita Ajo Sidi menyinggung bahwa seseorang yang hanya mementingkan ibadah pribadi, tanpa peduli terhadap tanggung jawab sosial, justru tidak diterima di sisi Tuhan.

  • Klimaks: Kakek merasa terpukul dengan sindiran Ajo Sidi dan mulai meragukan makna hidupnya. Ia merasa bahwa seluruh ibadahnya sia-sia karena tidak mengutamakan perbuatan baik terhadap sesama.

  • Antiklimaks: Kakek yang kecewa pada dirinya sendiri menyaksikan surau yang selama ini ia rawat mulai rusak dan runtuh. Surau yang roboh ini seolah menjadi simbol atas kegagalannya dalam memahami makna beragama yang sesungguhnya.

  • Penyelesaian: Cerita ditutup dengan Kakek yang merasa menyesal atas seluruh hidupnya yang ia anggap sia-sia. Robohnya surau menjadi gambaran simbolik atas hancurnya kehidupan Kakek yang tidak seimbang antara ibadah dan peran sosial.

4. Latar (Setting)

  • Tempat:
    Latar utama cerita ini adalah sebuah surau kecil di kampung, tempat di mana Kakek menghabiskan waktunya untuk beribadah. Surau ini bukan hanya sekadar tempat fisik, tetapi juga menjadi simbol keyakinan Kakek yang tidak seimbang antara hubungan dengan Tuhan dan manusia.

  • Waktu:
    Cerpen ini tidak menyebutkan waktu yang spesifik, tetapi dapat dipahami bahwa ceritanya berlatar pada masa lalu, di sebuah kampung dengan masyarakat tradisional.

  • Suasana:
    Suasana dalam cerita ini cukup serius dan sarat dengan renungan. Ceritanya membawa pembaca pada perasaan introspeksi dan kritik terhadap makna ibadah serta tanggung jawab sosial. Ada juga suasana kesedihan dan penyesalan yang tercipta pada akhir cerita, ketika Kakek menyadari kesia-siaan hidupnya.

5. Sudut Pandang

Cerpen ini menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu. Pengarang tidak terlibat langsung dalam cerita, tetapi mengetahui semua perasaan dan pikiran tokoh-tokoh di dalam cerita. Dengan sudut pandang ini, pengarang dapat memberikan sudut pandang kritis terhadap tokoh Kakek tanpa terikat pada satu karakter saja.

6. Amanat

Amanat dalam cerpen ini adalah bahwa ibadah bukan hanya berupa kegiatan ritual, tetapi harus diwujudkan dalam tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. A.A. Navis ingin menyampaikan bahwa keberagamaan yang baik bukan hanya dilihat dari seberapa sering seseorang beribadah, tetapi juga dari seberapa besar kepedulian dan kontribusi seseorang terhadap masyarakat dan orang di sekitarnya. Melalui karakter Kakek, pengarang menegaskan pentingnya keseimbangan antara hubungan dengan Tuhan (ibadah) dan hubungan dengan sesama manusia (tanggung jawab sosial).

Kesimpulan

Cerpen "Robohnya Surau Kami" karya A.A. Navis menyajikan kritik tajam terhadap keberagamaan yang hanya berfokus pada ritual ibadah tanpa memahami tanggung jawab sosial. Cerpen ini menggunakan tokoh Kakek sebagai simbol manusia yang merasa cukup dengan ibadah formal, namun mengabaikan makna sebenarnya dari keimanan. Penggunaan latar di sebuah surau yang akhirnya roboh memberikan pesan simbolis mengenai pentingnya keseimbangan antara ibadah dan amal perbuatan dalam kehidupan bermasyarakat. Melalui cerpen ini, pembaca diingatkan untuk tidak hanya mengedepankan ibadah pribadi tetapi juga memperhatikan peran sosial dan kepedulian terhadap sesama.


novel

Robohnya Surau Kami

Cerpen AA Navis

Cerpern “Robohnya Surau Kami” dinukil dari buku kumpulan cerpen berjudul sama karya Ali Akbar Navis (1924-2003). Terbit pertama kali di majalah Kisah pada 1955, cerpen ini bisa dibilang karya paling fenomenal penerima SEA Write Award 1992 tersebut.

KALAU beberapa tahun yang lalu Tuan datang ke kota kelahiranku dengan menumpang bis, Tuan akan berhenti di dekat pasar. Maka kira-kira sekilometer dari pasar akan sampailah Tuan di jalan kampungku. Pada simpang kecil ke kanan, simpang yang kelima, membeloklah ke jalan sempit itu. Dan di ujung jalan nanti akan Tuan temui sebuah surau tua. Di depannya ada kolam ikan, yang airnya mengalir melalui empat buah pancuran mandi.

Dan di pelataran kiri surau itu akan Tuan temui seorang tua yang biasanya duduk di sana dengan segala tingkah ketuaannya dan ketaatannya beribadat. Sudah bertahun-tahun ia sebagai garin, penjaga surau itu. Orang-orang memanggilnya Kakek.

Sebagai penjaga surau, Kakek tidak mendapat apa-apa. Ia hidup dari sedekah yang dipungutnya sekali se-Jumat. Sekali enam bulan ia mendapat seperempat dari hasil pemungutan ikan mas dari kolam itu. Dan sekali setahun orang-orang mengantarkan fitrah Id kepadanya. Tapi sebagai garin ia tak begitu dikenal. Ia lebih dikenal sebagai pengasah pisau. Karena ia begitu mahir dengan pekerjaannya itu. Orang-orang suka minta tolong kepadanya, sedang ia tak pernah minta imbalan apa-apa. Orang-orang perempuan yang minta tolong mengasahkan pisau atau gunting, memberinya sambal sebagai imbalan. Orang laki-laki yang minta tolong, memberinya imbalan rokok, kadang-kadang uang. Tapi yang paling sering diterimanya ialah ucapan terima kasih dan sedikit senyum.

Tapi kakek ini sudah tidak ada lagi sekarang. Ia sudah meninggal. Dan tinggallah surau itu tanpa penjaganya. Hingga anak-anak menggunakannya sebagai tempat bermain, memainkan segala apa yang disukai mereka. Perempuan yang kehabisan kayu bakar, sering suka mencopoti papan dinding atau lantai di malam hari.

Jika Tuan datang sekarang, hanya akan menjumpai gambaran yang mengesankan suatu kesucian yang bakal roboh. Dan kerobohan itu kian hari kian cepat berlangsungnya. Secepat anak-anak berlari di dalamnya, secepat perempuan mencopoti pekayuannya. Dan yang terutama ialah sifat masa bodoh manusia sekarang, yang tak hendak memelihara apa yang tidak dijaga lagi.

Dan biang keladi dari kerobohan ini ialah sebuah dongengan yang tak dapat disangkal kebenarannya. Beginilah kisahnya.

Sekali hari aku datang pula mengupah Kakek. Biasanya Kakek gembira menerimaku, karena aku suka memberinya uang. Tapi sekali ini Kakek begitu muram. Di sudut benar ia duduk dengan lututnya menegak menopang tangan dan dagunya. Pandangannya sayu ke depan, seolah-olah ada sesuatu yang yang mengamuk pikirannya. Sebuah belek susu yang berisi minyak kelapa, sebuah asahan halus, kulit sol panjang, dan pisau cukur tua berserakan di sekitar kaki Kakek. Tidak pernah aku melihat Kakek begitu durja dan belum pernah salamku tak disahutinya seperti saat itu. Kemudian aku duduk

di sampingnya dan aku jamah pisau itu. Dan aku tanya Kakek, “Pisau siapa, Kek?”

“Ajo Sidi.”

“Ajo Sidi?”

Kakek tak menyahut. Maka aku ingat Ajo Sidi, si pembual itu. Sudah lama aku tak ketemu dia. Dan aku ingin ketemu dia lagi. Aku senang mendengar bualannya. Ajo Sidi bisa mengikat orang-orang dengan bualannya yang aneh-aneh sepanjang hari. Tapi ini jarang terjadi karena ia begitu sibuk dengan pekerjaannya. Sebagai pembual, sukses terbesar baginya ialah karena semua pelaku-pelaku yang diceritakannya menjadi model orang untuk diejek dan ceritanya menjadi pameo akhirnya. Ada-ada saja orang-orang di sekitar kampungku yang cocok dengan watak pelaku-pelaku ceritanya. Ketika sekali ia menceritakan bagaimana sifat seekor katak, dan kebetulan ada pula seorang yang ketagihan menjadi pemimpin berkelakuan seperti katak itu, maka untuk selanjutnya pimpinan tersebut kami sebut pimpinan katak.

Tiba-tiba aku ingat lagi pada Kakek dan kedatangan Ajo Sidi kepadanya. Apakah Ajo Sidi telah membuat bualan tentang Kakek? Dan bualan itukah yang mendurjakan Kakek? Aku ingin tahu. Lalu aku tanya Kakek lagi. “Apa ceritanya, Kek?”

“Siapa?”

“Ajo Sidi.”

“Kurang ajar dia,” Kakek menjawab.

“Kenapa?”

“Mudah-mudahan pisau cukur ini, yang kuasah tajam-tajam ini, menggorok tenggorokannya.”

“Kakek marah?”

“Marah? Ya, kalau aku masih muda, tapi aku sudah tua. Orang tua menahan ragam. Sudah lama aku tak marah-marah lagi. Takut aku kalau imanku rusak karenanya, ibadatku rusak karenanya. Sudah begitu lama aku berbuat baik, beribadat, bertawakal kepada Tuhan. Sudah begitu lama aku menyerahkan diri kepada-Nya. Dan Tuhan akan mengasihi orang yang sabar dan tawakal.”

Ingin tahuku dengan cerita Ajo Sidi yang memurungkan Kakek jadi memuncak. Aku tanya lagi Kakek, “Bagaimana katanya, Kek?”

Tapi Kakek diam saja. Berat hatinya bercerita barangkali. Karena aku telah berulang-ulang bertanya, lalu ia yang bertanya padaku, “Kau kenal padaku, bukan? Sedari kau kecil aku sudah di sini. Sedari mudaku, bukan? Kau tahu apa yang kulakukan semua, bukan? Terkutukkah perbuatanku? Dikutuki Tuhankah semua pekerjaanku?”

Tapi aku tak perlu menjawabnya lagi. Sebab aku tahu, kalau Kakek sudah membuka mulutnya, dia takkan diam lagi. Aku biarkan Kakek dengan pertanyaannya sendiri.

“Sedari muda aku di sini, bukan? Tak kuingat punya istri, punya anak, punya keluarga seperti orang lain, tahu? Tak kupikirkan hidupku sendiri. Aku tak ingin cari kaya, bikin rumah. Segala kehidupanku, lahir batin, kuserahkan kepada Allah Subhanahu wataala. Tak pernah aku menyusahkan orang lain. Lalat seekor enggan aku membunuhnya. Tapi kini aku dikatakan manusia terkutuk. Umpan neraka. Marahkah Tuhan kalau itu yang kulakukan, sangkamu? Akan dikutukinya aku kalau selama hidupku aku mengabdi kepada-Nya? Tak kupikirkan hari esokku, karena aku yakin Tuhan itu ada dan Pengasih dan Penyayang kepada umat-Nya yang tawakal. Aku bangun pagi-pagi. Aku bersuci. Aku pukul beduk membangunkan manusia dari tidurnya, supaya bersujud kepada-Nya. Aku sembahyang setiap waktu. Aku puji-puji Dia. Aku baca Kitab-Nya. Alhamdulillah kataku bila aku menerima karunia-Nya. Astagfirullah kataku bila aku terkejut. Masya Allah kataku bila aku kagum. Apa salahnya pekerjaanku itu? Tapi kini aku dikatakan manusia terkutuk.”

Ketika Kakek terdiam agak lama, aku menyelakan tanyaku, “Ia katakan Kakek begitu, Kek?”

“Ia tak mengatakan aku terkutuk. Tapi begitulah kira-kiranya.”

Dan aku melihat mata Kakek berlinang. Aku jadi belas kepadanya. Dalam hatiku aku mengumpati Ajo Sidi yang begitu memukuli hati Kakek. Dan ingin tahuku menjadikan aku nyinyir bertanya. Dan akhirnya Kakek bercerita lagi.

Pada suatu waktu, kata Ajo Sidi memulai, di akhirat Tuhan Allah memeriksa orang-orang yang sudah berpulang. Para malaikat bertugas di samping-Nya. Di tangan mereka tergenggam daftar dosa dan pahala manusia. Begitu banyak orang yang diperiksa. Maklumlah di mana-mana ada perang. Dan di antara orang-orang yang diperiksa itu ada seorang yang di dunia dinamai Haji Saleh. Haji Saleh itu tersenyum-senyum saja, karena ia sudah begitu yakin akan dimasukkan ke dalam surga. Kedua tangannya ditopangkan di pinggang sambil membusungkan dada dan menekurkan kepala ke kuduk. Ketika dilihatnya orang- orang yang masuk neraka, bibirnya menyunggingkan senyum ejekan. Dan ketika ia melihat orang yang masuk ke surga, ia melambaikan tangannya, seolah hendak mengatakan ‘selamat ketemu nanti’. Bagai tak habis-habisnya orang yang berantri begitu panjangnya. Susut di muka, bertambah yang di belakang. Dan Tuhan memeriksa dengan segala sifat-Nya.

Akhirnya sampailah giliran Haji Saleh. Sambil tersenyum bangga ia menyembah Tuhan. Lalu Tuhan mengajukan pertanyaan pertama.

‘Engkau?’

‘Aku Saleh. Tapi karena aku sudah ke Mekah, Haji Saleh namaku.’

‘Aku tidak tanya nama. Nama bagiku, tak perlu. Nama hanya buat engkau di dunia.’

‘Ya, Tuhanku.’

‘Apa kerjamu di dunia?’

‘Aku menyembah Engkau selalu, Tuhanku.’

‘Lain?’

‘Setiap hari, setiap malam. Bahkan setiap masa aku menyebut-nyebut nama-Mu.’

‘Lain?’

‘Ya, Tuhanku, tak ada pekerjaanku selain daripada beribadat menyembah-Mu, menyebut-nyebut nama-Mu. Bahkan dalam kasih-Mu, ketika aku sakit, nama-Mu menjadi buah bibirku juga. Dan aku selalu berdoa, mendoakan kemurahan hati-Mu untuk menginsafkan umat-Mu.’

‘Lain?’

Haji Saleh tak dapat menjawab lagi. Ia telah menceritakan segala yang ia kerjakan. Tapi ia insaf, pertanyaan Tuhan bukan asal bertanya saja, tentu ada lagi yang belum dikatakannya. Tapi menurut pendapatnya, ia telah menceritakan segalanya. Ia tak tahu lagi apa yang harus dikatakannya. Ia termenung dan menekurkan kepalanya. Api neraka tiba-tiba menghawakan kehangatannya ke tubuh Haji Saleh. Dan ia menangis. Tapi setiap air matanya mengalir, diisap kering oleh hawa panas neraka itu.

‘Lain lagi?’ tanya Tuhan.

‘Sudah hamba-Mu ceritakan semuanya, O, Tuhan yang Mahabesar, lagi Pengasih dan Penyayang, Adil dan Mahatahu.’ Haji Saleh yang sudah kuyu mencobakan siasat merendahkan diri dan memuji Tuhan dengan pengharapan semoga Tuhan bisa berbuat lembut terhadapnya dan tidak salah tanya kepadanya.

Tapi Tuhan bertanya lagi: ‘Tak ada lagi?’

O, o, ooo, anu Tuhanku. Aku selalu membaca Kitab-Mu.’

‘Lain?’

‘Sudah kuceritakan semuanya, O, Tuhanku. Tapi kalau ada yang lupa aku katakan, aku pun bersyukur karena Engkaulah Mahatahu.’

‘Sungguh tidak ada lagi yang kaukerjakan di dunia selain yang kauceritakan tadi?’

‘Ya, itulah semuanya, Tuhanku.’

‘Masuk kamu.’

Dan malaikat dengan sigapnya menjewer Haji Saleh ke neraka. Haji Saleh tidak mengerti kenapa ia dibawa ke neraka. Ia tak mengerti apa yang dikehendaki Tuhan daripadanya dan ia percaya Tuhan tidak silap.

Alangkah tercengang Haji Saleh, karena di neraka itu banyak teman-temannya di dunia terpanggang hangus, merintih kesakitan. Dan ia tambah tak mengerti dengan keadaan dirinya, karena semua orang yang dilihatnya di neraka itu tak kurang ibadatnya dari dia sendiri. Bahkan ada salah seorang yang telah sampai empat belas kali ke Mekah dan bergelar syekh pula. Lalu Haji Saleh mendekati mereka, dan bertanya kenapa mereka dinerakakan semuanya. Tapi sebagaimana Haji Saleh, orang-orang itu pun, tak mengerti juga.

‘Bagaimana Tuhan kita ini?’ kata Haji Saleh kemudian, ‘Bukankah kita di suruh-Nya taat beribadat, teguh beriman? Dan itu semua sudah kita kerjakan selama hidup kita. Tapi kini kita dimasukkan-Nya ke neraka.’

‘Ya, kami juga heran. Tengoklah itu orang-orang senegeri dengan kita semua, dan tak kurang ketaatannya beribadat,’ kata salah seorang di antaranya.

‘Ini sungguh tidak adil.’

‘Memang tidak adil,’ kata orang-orang itu mengulangi ucapan Haji Saleh.

‘Kalau begitu, kita harus minta kesaksian atas kesalahan kita.’

‘Kita harus mengingatkan Tuhan, kalau-kalau Ia silap memasukkan kita ke neraka ini.’

‘Benar. Benar. Benar.’ Sorakan yang lain membenarkan Haji Saleh.

‘Kalau Tuhan tak mau mengakui kesilapan-Nya, bagaimana?’ suatu suara melengking di dalam kelompok orang banyak itu.

‘Kita protes. Kita resolusikan,’ kata Haji Saleh.

‘Apa kita revolusikan juga?’ tanya suara yang lain, yang rupanya di dunia menjadi pemimpin gerakan revolusioner.

‘Itu tergantung kepada keadaan,’ kata Haji Saleh. ‘Yang penting sekarang, mari kita berdemonstrasi menghadap Tuhan.’

‘Cocok sekali. Di dunia dulu dengan demonstrasi saja, banyak yang kita peroleh,’ sebuah suara menyela.

‘Setuju. Setuju. Setuju.’ Mereka bersorak beramai-ramai.

Lalu mereka berangkatlah bersama-sama menghadap Tuhan.

Dan Tuhan bertanya, ‘Kalian mau apa?’

Haji Saleh yang menjadi pemimpin dan juru bicara tampil ke depan. Dan dengan suara yang menggeletar dan berirama rendah, ia memulai pidatonya: ‘O, Tuhan kami yang Mahabesar. Kami yang menghadap-Mu ini adalah umat-Mu yang paling taat beribadat, yang paling taat menyembah-Mu. Kamilah orang-orang yang selalu menyebut nama-Mu, memuji-muji kebesaran-Mu, mempropagandakan keadilan-Mu, dan lain-lainnya. Kitab-Mu kami hafal di luar kepala kami. Tak sesat sedikit pun kami membacanya. Akan tetapi, Tuhanku yang Mahakuasa setelah kami Engkau panggil kemari, Engkau memasukkan kami ke neraka. Maka sebelum terjadi hal-hal yang tak diingini, maka di sini, atas nama orang-orang yang cinta pada-Mu, kami menuntut agar hukuman yang Kaujatuhkan kepada kami ke surga sebagaimana yang Engkau janjikan dalam Kitab-Mu.’

‘Kalian di dunia tinggal di mana?’ tanya Tuhan.

‘Kami ini adalah umat-Mu yang tinggal di Indonesia, Tuhanku.’

‘O, di negeri yang tanahnya subur itu?’

‘Ya, benarlah itu, Tuhanku.’

‘Tanahnya yang mahakaya raya, penuh oleh logam, minyak, dan berbagai bahan tambang lainnya, bukan?’

‘Benar. Benar. Benar. Tuhan kami. Itulah negeri kami.’ Mereka mulai menjawab serentak. Karena fajar kegembiraan telah membayang di wajahnya kembali. Dan yakinlah mereka sekarang, bahwa Tuhan telah silap menjatuhkan hukuman kepada mereka itu.

‘Di negeri mana tanahnya begitu subur, sehingga tanaman tumbuh tanpa ditanam?’

‘Benar. Benar. Benar. Itulah negeri kami.’

‘Di negeri, di mana penduduknya sendiri melarat?’

‘Ya. Ya. Ya. Itulah dia negeri kami.’

‘Negeri yang lama diperbudak negeri lain?’

‘Ya, Tuhanku. Sungguh laknat penjajah itu, Tuhanku.’

‘Dan hasil tanahmu, mereka yang mengeruknya, dan diangkut ke negerinya, bukan?’

‘Benar, Tuhanku. Hingga kami tak mendapat apa-apa lagi. Sungguh laknat mereka itu.’

‘Di negeri yang selalu kacau itu, hingga kamu dengan kamu selalu berkelahi, sedang hasil tanahmu orang lain juga yang mengambilnya, bukan?’

‘Benar, Tuhanku. Tapi bagi kami soal harta benda itu kami tak mau tahu. Yang penting bagi kami ialah menyembah dan memuji Engkau.’

‘Engkau rela tetap melarat, bukan?’

‘Benar. Kami rela sekali, Tuhanku.’

‘Karena kerelaanmu itu, anak cucumu tetap juga melarat, bukan?’

‘Sungguh pun anak cucu kami itu melarat, tapi mereka semua pintar mengaji. Kitab-Mu mereka hafal di luar kepala.’

‘Tapi seperti kamu juga, apa yang disebutnya tidak dimasukkan ke hatinya, bukan?’

‘Ada, Tuhanku.’

‘Kalau ada, kenapa engkau biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semua. Sedang harta bendamu kaubiarkan orang lain mengambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau lebih suka berkelahi antara kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Aku beri kau negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. Sedang aku menyuruh engkau semuanya beramal kalau engkau miskin. Engkau kira aku ini suka pujian, mabuk disembah saja. Tidak. Kamu semua mesti masuk neraka. Hai, Malaikat, halaulah mereka ini kembali ke neraka. Letakkan di keraknya!’

Semua menjadi pucat pasi tak berani berkata apa-apa lagi. Tahulah mereka sekarang apa jalan yang diridai Allah di dunia. Tapi Haji Saleh ingin juga kepastian apakah yang akan dikerjakannya di dunia itu salah atau benar. Tapi ia tak berani bertanya kepada Tuhan. Ia bertanya saja pada malaikat yang menggiring mereka itu.

‘Salahkah menurut pendapatmu, kalau kami, menyembah Tuhan di dunia?’ tanya Haji Saleh.

‘Tidak. Kesalahan engkau, karena engkau terlalu mementingkan dirimu sendiri. Kau takut masuk neraka, karena itu kau taat sembahyang. Tapi engkau melupakan kehidupan kaummu sendiri, melupakan kehidupan anak istrimu sendiri, sehingga mereka itu kucar-kacir selamanya. Inilah kesalahanmu yang terbesar, terlalu egoistis. Padahal engkau di dunia berkaum, bersaudara semuanya, tapi engkau tak mempedulikan mereka sedikit pun.’

Demikianlah cerita Ajo Sidi yang kudengar dari Kakek. Cerita yang memurungkan Kakek.

Dan besoknya, ketika aku mau turun rumah pagi-pagi, istriku berkata apa aku tak pergi menjenguk.

“Siapa yang meninggal?” tanyaku kaget.

“Kakek.”

“Kakek?”

“Ya. Tadi subuh Kakek kedapatan mati di suraunya dalam keadaan yang mengerikan sekali. Ia menggorok lehernya dengan pisau cukur.”

“Astaga! Ajo Sidi punya gara-gara,” kataku seraya cepat-cepat meninggalkan istriku yang tercengang-cengang.

Aku cari Ajo Sidi ke rumahnya. Tapi aku berjumpa dengan istrinya saja. Lalu aku tanya dia.

“Ia sudah pergi,” jawab istri Ajo Sidi.

“Tidak ia tahu Kakek meninggal?”

“Sudah. Dan ia meninggalkan pesan agar dibelikan kain kafan buat Kakek tujuh lapis.”

“Dan sekarang,” tanyaku kehilangan akal sungguh mendengar segala peristiwa oleh perbuatan Ajo Sidi yang tidak sedikit pun bertanggung jawab, “dan sekarang ke mana dia?”

“Kerja.”

“Kerja?” tanyaku mengulangi hampa.

“Ya, dia pergi kerja.”[]

[Dinukil dari AA Navis, Robohnya Surau Kami, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama), 2007, hlm. 1-14.]

Jumat, 25 Oktober 2024

Perkakas teknologi digital (Praktek Mengetik 4: Menyisipkan WordArt, Shapes,Teks dalam Shapes dan Tabel)

   LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK

 
Judul Materi Ajar          :   Perkakas teknologi digital (Praktek Mengetik 4: Menyisipkan WordArt, Shapes,Teks dalam Shapes dan Tabel)
Tujuan Pembelajaran :   peserta didik mampu memahami pemanfaatan lebih beragam perkakas teknologi digital untuk membuat laporan, presentasi, serta analisis dan interpretasidata
Mata Pelajaran     : Informatika
Jenjang/Kelas       : SMK/X
Nama Anggota Kelompok:
1.            ______________________________
2.            ______________________________
3.            ______________________________
4.            ______________________________
 

Langkah Kerja
  • Menyiapkan Komputer/Laptop
  • Membuka dan membaca link materi yang disertakan
  • Melakukan diskusi kelompok untuk menentukan tugas masing – masing anggota
  • Mengidentifikasi materi Pembelajaran
  • Mendiskusikan hasil identifikasi materi 
  • Menentukan dan merangkum hasil identifikasi materi berupa langkah-langkah kerja 
  • Membuat laporan hasil identifikasi materi di BUKU CATATAN MASING-MASING
  • Mencetak  dan mempresentasikan hasil diskusi kelompok berisi 
Tugas PRAKTEK 
Mendiskusikan dan membuat DOKUMEN LATIHAN MENGETIK 4

HASIL PEMBELAJARAN
Mencetak  hasil PRAKTEK kelompok berupa DOKUMEN LATIHAN MENGETIK 4 menggunakan aplikasi pengolah kata (kata dan ukuran dokumen yang dicetak Wajib  sama dengan CONTOH)

Selasa, 22 Oktober 2024

Apresiasi Teks Cerpen

A. Pengertian Cerpen

Cerpen atau cerita pendek adalah salah satu bentuk prosa fiksi yang menceritakan suatu peristiwa yang dialami oleh tokoh-tokohnya dalam kehidupan sehari-hari. Cerpen umumnya memiliki alur cerita yang singkat, fokus pada satu peristiwa, dan karakter tokoh yang terbatas.

B. Ciri-Ciri Cerpen

  1. Singkat: Panjang cerita lebih pendek dibandingkan novel, biasanya hanya berkisar antara 1.000 hingga 7.500 kata.
  2. Mengandung Satu Peristiwa: Cerpen hanya mengangkat satu kejadian penting yang dialami oleh tokoh utama.
  3. Penokohan Sederhana: Tokoh dalam cerpen terbatas, tidak terlalu banyak dan umumnya satu atau dua tokoh saja yang memiliki perkembangan karakter.
  4. Alur Tunggal: Cerpen memiliki alur yang tunggal dan biasanya bergerak dari awal hingga akhir cerita tanpa banyak pergeseran waktu atau ruang.
  5. Tema Spesifik: Cerpen biasanya memiliki satu tema yang jelas dan spesifik.

C. Unsur-Unsur Intrinsik Cerpen

  1. Tema: Gagasan utama atau ide pokok yang mendasari cerita.
  2. Tokoh dan Penokohan:
    • Tokoh: Pelaku yang ada dalam cerita.
    • Penokohan: Cara pengarang menggambarkan watak tokoh, yang dapat berupa karakter protagonis, antagonis, tritagonis, atau tokoh pendukung lainnya.
  3. Alur (Plot): Jalannya cerita dari awal hingga akhir, yang mencakup tahap-tahap:
    • Pendahuluan: Pengantar cerita, pengenalan tokoh, latar, dan situasi.
    • Konflik: Permasalahan utama yang dihadapi tokoh.
    • Klimaks: Puncak permasalahan atau ketegangan tertinggi dalam cerita.
    • Antiklimaks: Penurunan ketegangan setelah konflik mencapai klimaks.
    • Penyelesaian: Akhir cerita, bisa berupa solusi dari konflik atau akhir terbuka.
  4. Latar (Setting): Tempat, waktu, dan suasana di mana peristiwa dalam cerita terjadi.
  5. Sudut Pandang: Posisi pengarang dalam menyampaikan cerita, bisa berbentuk:
    • Sudut Pandang Orang Pertama: Pengarang menjadi salah satu tokoh dalam cerita (menggunakan kata “aku” atau “saya”).
    • Sudut Pandang Orang Ketiga: Pengarang bercerita tentang tokoh lain (menggunakan kata “dia”, “mereka”).
  6. Amanat: Pesan moral yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca.

D. Unsur Ekstrinsik Cerpen

Unsur ekstrinsik cerpen adalah hal-hal yang berada di luar karya sastra itu sendiri, tetapi turut mempengaruhi isi dan bentuk cerita, antara lain:

  1. Latar Belakang Pengarang: Pengalaman hidup, pendidikan, atau nilai-nilai yang dianut pengarang.
  2. Kondisi Sosial Masyarakat: Fenomena sosial, budaya, politik, atau ekonomi yang sedang terjadi saat cerpen ditulis.
  3. Nilai-Nilai: Nilai moral, agama, sosial, politik, atau budaya yang ada dalam cerita.

E. Langkah-Langkah Mengapresiasi Cerpen

  1. Membaca dan Memahami: Membaca cerpen dengan cermat untuk memahami jalan cerita, karakter, latar, dan konflik.
  2. Mengidentifikasi Unsur-Unsur Intrinsik: Setelah membaca, identifikasi tema, tokoh, alur, latar, dan sudut pandang yang digunakan.
  3. Menganalisis Unsur Ekstrinsik: Cari hubungan antara isi cerita dengan kehidupan pengarang atau latar belakang sosial masyarakat.
  4. Menilai Pesan atau Amanat: Refleksikan pesan yang disampaikan oleh pengarang melalui tokoh atau alur cerita.
  5. Mengaitkan dengan Pengalaman Pribadi: Kaitkan pesan atau peristiwa dalam cerpen dengan pengalaman pribadi atau kondisi di sekitar.

F. Contoh Cerpen

Berikut adalah contoh struktur cerpen yang dapat dianalisis:

Judul: “Sepotong Senja untuk Pacarku” (karya Seno Gumira Ajidarma)

  • Tema: Romantika cinta dan kerinduan.
  • Tokoh dan Penokohan:
    • S: Tokoh utama yang penuh kasih, puitis, dan melankolis.
    • Pacar S: Objek kerinduan, hanya ditampilkan dalam imajinasi tokoh S.
  • Alur: Maju, dimulai dengan kerinduan, lalu usaha tokoh untuk mengirimkan senja kepada pacarnya.
  • Latar: Latar waktu sore hari dengan suasana penuh keindahan alam.
  • Sudut Pandang: Orang pertama (S bercerita).
  • Amanat: Cinta tidak mengenal batasan waktu dan tempat, bahkan sesuatu yang sederhana seperti senja bisa menjadi lambang cinta yang mendalam.

G. Penilaian dalam Apresiasi Cerpen

  1. Keindahan Bahasa: Penggunaan bahasa yang menarik, puitis, atau menggugah emosi pembaca.
  2. Kekhasan Tema: Apakah tema yang diangkat unik atau sering ditemui dalam karya lain?
  3. Penggambaran Tokoh: Apakah karakter tokoh digambarkan dengan jelas dan hidup?
  4. Keselarasan Unsur-Unsur Intrinsik: Apakah alur, latar, tokoh, dan tema saling mendukung?

H. Latihan Mengapresiasi Cerpen

  1. Baca sebuah cerpen yang sudah ditentukan.
  2. Identifikasi unsur intrinsik dan ekstrinsik dari cerpen tersebut.
  3. Analisis konflik dan klimaks dalam cerita.
  4. Refleksikan amanat yang disampaikan pengarang.


Rabu, 16 Oktober 2024

Perkakas teknologi digital (Praktek Mengetik 3: Penomoran, Pembutiran dan Tabulasi)

  LLEMBAR KERJA PESERTA DIDIK

 
Judul Materi Ajar          :  Perkakas teknologi digital (Praktek Mengetik 3: Penomoran, Pembutiran dan Tabulasi)
Tujuan Pembelajaran :   peserta didik mampu memahami pemanfaatan lebih beragam perkakas teknologi digital untuk membuat laporan, presentasi, serta analisis dan interpretasidata
Mata Pelajaran     : Informatika
Jenjang/Kelas       : SMK/X
Nama Anggota Kelompok:
1.            ______________________________
2.            ______________________________
3.            ______________________________
4.            ______________________________
 

Langkah Kerja
  • Menyiapkan Komputer/Laptop
  • Membuka dan membaca link materi yang disertakan
  • Melakukan diskusi kelompok untuk menentukan tugas masing – masing anggota
  • Mengidentifikasi materi Pembelajaran
  • Mendiskusikan hasil identifikasi materi 
  • Menentukan dan merangkum hasil identifikasi materi berupa langkah-langkah kerja 
  • Membuat laporan hasil identifikasi materi di BUKU CATATAN MASING-MASING
  • Mencetak  dan mempresentasikan hasil diskusi kelompok berisi 
Tugas PRAKTEK 
Mendiskusikan dan membuat DOKUMEN LATIHAN MENGETIK 3

HASIL PEMBELAJARAN
Mencetak  hasil PRAKTEK kelompok berupa DOKUMEN LATIHAN MENGETIK 3 menggunakan aplikasi pengolah kata (kata dan ukuran dokumen yang dicetak Wajib  sama dengan CONTOH)

Perkakas teknologi digital (Praktek Mengetik 2: Belajar Blok dan Format Teks )

 LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK

 
Judul Materi Ajar          :  Perkakas teknologi digital (Praktek Mengetik 2: Belajar Blok dan Format Teks )
Tujuan Pembelajaran :   peserta didik mampu memahami pemanfaatan lebih beragam perkakas teknologi digital untuk membuat laporan, presentasi, serta analisis dan interpretasidata
Mata Pelajaran     : Informatika
Jenjang/Kelas       : SMK/X
Nama Anggota Kelompok:
1.            ______________________________
2.            ______________________________
3.            ______________________________
4.            ______________________________
 

Langkah Kerja
  • Menyiapkan Komputer/Laptop
  • Membuka dan membaca link materi yang disertakan
  • Melakukan diskusi kelompok untuk menentukan tugas masing – masing anggota
  • Mengidentifikasi materi Pembelajaran
  • Mendiskusikan hasil identifikasi materi 
  • Menentukan dan merangkum hasil identifikasi materi berupa langkah-langkah kerja 
  • Membuat laporan hasil identifikasi materi di BUKU CATATAN MASING-MASING
  • Mencetak  dan mempresentasikan hasil diskusi kelompok berisi 
Tugas PRAKTEK 
Mendiskusikan dan membuat DOKUMEN LATIHAN MENGETIK 2

HASIL PEMBELAJARAN
Mencetak  hasil PRAKTEK kelompok berupa DOKUMEN LATIHAN MENGETIK 2 menggunakan aplikasi pengolah kata (kata dan ukuran dokumen yang dicetak Wajib  sama dengan CONTOH)

Selasa, 15 Oktober 2024

menyampaikan ceramah

 Pengertian Ceramah Ceramah adalah salah satu bentuk komunikasi lisan yang disampaikan oleh seseorang kepada audiens dalam rangka menyampaikan informasi, pengetahuan, atau nasihat, khususnya yang berkaitan dengan topik agama, pendidikan, sosial, atau moral. Dalam ceramah, pembicara diharapkan mampu menyampaikan pesan yang jelas, mudah dipahami, dan berdampak pada pendengarnya.

Ciri-Ciri Ceramah

  1. Komunikasi satu arah: Ceramah umumnya dilakukan oleh satu orang (penceramah) dan pendengar hanya menerima informasi.
  2. Bersifat informatif dan edukatif: Isinya bertujuan memberikan informasi atau pengetahuan kepada audiens.
  3. Biasanya formal: Ceramah sering disampaikan dalam suasana formal, seperti di tempat ibadah, sekolah, atau acara resmi.
  4. Menggunakan bahasa yang jelas dan tepat: Bahasa yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan pendengar dan mudah dipahami.

Unsur-Unsur Ceramah

  1. Pembicara (Penceramah): Orang yang menyampaikan ceramah.
  2. Pendengar (Audiens): Kelompok orang yang menjadi sasaran ceramah.
  3. Materi Ceramah: Isi atau pokok bahasan yang disampaikan dalam ceramah.
  4. Media: Alat atau sarana yang digunakan untuk mendukung penyampaian ceramah, seperti mikrofon atau presentasi visual (slide).

Langkah-Langkah Menyusun Ceramah

  1. Menentukan tema: Pilih tema yang relevan dan menarik bagi audiens. Tema yang baik akan membuat ceramah lebih efektif.

  2. Menyusun kerangka: Buat kerangka yang mencakup:

    • Pembukaan: Salam pembuka, perkenalan diri, tujuan, dan pengantar singkat tentang tema.
    • Isi: Uraian pokok-pokok penting yang mendukung tema. Bagian ini bisa dibagi menjadi beberapa subtopik yang saling berhubungan.
    • Penutup: Kesimpulan, harapan, pesan utama yang ingin disampaikan, dan salam penutup.
  3. Mengumpulkan bahan: Gunakan sumber-sumber yang valid dan relevan untuk mendukung materi ceramah. Anda bisa menggunakan buku, artikel, atau pengalaman pribadi.

  4. Latihan penyampaian: Latihlah cara menyampaikan ceramah agar lancar, jelas, dan meyakinkan.

Teknik Menyampaikan Ceramah

  1. Penguasaan materi: Sebelum menyampaikan ceramah, pastikan Anda menguasai materi dengan baik sehingga bisa menjelaskan dengan lancar.

  2. Gunakan bahasa yang jelas dan sederhana: Hindari penggunaan kata-kata yang sulit atau istilah yang tidak dipahami oleh audiens.

  3. Kontak mata dan ekspresi wajah: Lakukan kontak mata dengan audiens untuk menciptakan ikatan yang lebih dekat. Ekspresi wajah yang sesuai dengan materi juga penting untuk meningkatkan keterlibatan audiens.

  4. Intonasi suara: Atur intonasi suara agar tidak monoton. Berikan penekanan pada bagian yang penting dan buat variasi suara sesuai dengan situasi.

  5. Gestur dan gerakan tubuh: Gunakan gerakan tangan dan tubuh untuk memperkuat pesan, tetapi jangan berlebihan.

  6. Manajemen waktu: Perhatikan waktu yang disediakan untuk ceramah. Usahakan untuk tidak melebihi batas waktu yang telah ditetapkan.

Contoh Kerangka Ceramah

Tema: "Pentingnya Pendidikan Karakter di Sekolah"

  1. Pembukaan:

    • Salam pembuka.
    • Perkenalan diri dan latar belakang penceramah.
    • Pengantar singkat tentang pendidikan karakter.
  2. Isi:

    • Definisi pendidikan karakter.
    • Pentingnya pendidikan karakter dalam kehidupan siswa.
    • Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter di sekolah.
    • Peran guru, orang tua, dan lingkungan sekolah dalam pembentukan karakter.
    • Dampak positif dari pendidikan karakter pada masa depan siswa.
  3. Penutup:

    • Kesimpulan: Pendidikan karakter sangat penting untuk mempersiapkan generasi yang berkualitas.
    • Pesan: Mari bersama-sama membangun karakter siswa melalui pendidikan yang baik.
    • Salam penutup.

Tips dalam Menyampaikan Ceramah

  1. Bersikap percaya diri: Penceramah yang percaya diri akan memberikan kesan meyakinkan kepada pendengar.
  2. Menjaga sikap tubuh: Sikap tubuh yang tegak dan rapi mencerminkan keseriusan dan profesionalisme.
  3. Melibatkan audiens: Tanyakan pendapat atau buat pernyataan yang mengundang respons dari audiens, meskipun ceramah cenderung satu arah.
  4. Berikan contoh nyata: Audiens lebih mudah memahami pesan ceramah jika ada contoh konkret yang relevan.
  5. Sisipkan humor: Jika sesuai, sisipkan humor ringan untuk membuat suasana lebih santai dan menyenangkan.

Dengan memahami unsur-unsur dan teknik penyampaian ceramah yang baik, Anda dapat menjadi penceramah yang efektif dan mampu memberikan dampak positif kepada audiens.

Kamis, 10 Oktober 2024

Menyaring Konten Negatif di Dunia Digital

 

Pendahuluan

Dunia digital telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Di era di mana teknologi informasi berkembang pesat, kita mendapatkan berbagai manfaat, seperti kemudahan akses informasi, komunikasi cepat, serta sarana hiburan. Namun, di balik manfaat tersebut, terdapat pula risiko konten negatif yang bisa berdampak buruk, baik bagi individu maupun masyarakat. Oleh karena itu, menyaring konten negatif menjadi langkah penting untuk menjaga kesehatan mental, etika, dan keamanan lingkungan online.

Definisi Konten Negatif

Konten negatif di dunia digital mencakup segala jenis informasi atau materi yang dapat memberikan pengaruh buruk kepada pengguna internet, seperti:

  • Konten kekerasan: Materi yang menampilkan kekerasan fisik, verbal, atau visual.
  • Konten pornografi: Materi yang berisi visual atau tulisan yang mengandung unsur pornografi.
  • Hoaks (berita palsu): Informasi yang sengaja disebarkan untuk menipu atau menyesatkan publik.
  • Perundungan (cyberbullying): Penggunaan platform digital untuk mengintimidasi atau menyakiti orang lain.
  • Konten ekstremis dan radikalisme: Materi yang mendukung tindakan ekstrem atau radikal yang dapat membahayakan keamanan dan stabilitas sosial.

Pentingnya Menyaring Konten Negatif

  1. Perlindungan Kesehatan Mental: Konten negatif seperti kekerasan dan perundungan dapat mempengaruhi kesehatan mental pengguna, terutama anak-anak dan remaja. Akses tanpa filter terhadap konten semacam itu dapat menimbulkan stres, kecemasan, hingga depresi.

  2. Pencegahan Penyebaran Hoaks dan Disinformasi: Hoaks dan disinformasi dapat menyesatkan masyarakat, menyebabkan kepanikan, atau bahkan memicu konflik. Dengan menyaring informasi yang diterima, kita bisa terhindar dari dampak negatifnya.

  3. Menjaga Moral dan Etika: Banyak konten negatif yang bertentangan dengan nilai-nilai moral dan etika, seperti pornografi dan ujaran kebencian. Dengan menyaring konten semacam ini, kita dapat menjaga nilai-nilai moral dan etika dalam masyarakat.

  4. Keamanan Digital: Penyebaran konten negatif, termasuk yang bersifat ekstremis, dapat membahayakan keamanan digital. Penyaringan konten penting untuk mencegah radikalisasi dan ancaman keamanan lainnya.

Cara Menyaring Konten Negatif

  1. Gunakan Aplikasi dan Fitur Penyaring Konten: Banyak platform digital, seperti mesin pencari dan media sosial, yang menyediakan fitur penyaring konten (content filter). Fitur ini memungkinkan pengguna memblokir konten negatif berdasarkan kategori tertentu, seperti pornografi, kekerasan, atau ujaran kebencian.

  2. Manfaatkan Parental Control: Untuk melindungi anak-anak dari konten negatif, orang tua dapat menggunakan parental control yang tersedia di perangkat digital dan aplikasi. Parental control memungkinkan orang tua untuk mengatur apa yang bisa diakses anak-anak.

  3. Periksa Sumber Informasi: Saat mendapatkan informasi online, penting untuk memeriksa sumbernya. Sumber yang tidak jelas dan tidak kredibel seringkali menjadi penyebar hoaks. Biasakan mencari referensi dari media yang terpercaya dan memiliki reputasi baik.

  4. Lakukan Edukasi Digital: Edukasi mengenai literasi digital perlu terus ditingkatkan. Pengguna internet, terutama anak-anak dan remaja, harus diberikan pemahaman mengenai cara mengenali konten negatif dan bagaimana melaporkannya.

  5. Laporkan Konten Negatif: Sebagian besar platform digital menyediakan fitur untuk melaporkan konten yang tidak pantas. Jika menemukan konten yang merugikan, pengguna bisa melaporkannya sehingga platform dapat mengambil tindakan, seperti menghapus konten tersebut atau membatasi akun yang bersangkutan.

Jenis-Jenis Konten Negatif yang Perlu Diwaspadai

  1. Konten Kekerasan dan Sadisme: Konten kekerasan sering kali menampilkan adegan yang eksplisit tentang kekerasan fisik atau verbal, seperti pemukulan, peperangan, dan penyiksaan. Video, gambar, atau narasi kekerasan dapat menyebabkan trauma psikologis bagi penonton, terutama anak-anak.

  2. Konten Pornografi: Pornografi melibatkan tampilan eksplisit aktivitas seksual yang ditujukan untuk menghibur secara erotis. Dampak negatifnya mencakup distorsi pandangan tentang seksualitas, serta potensi untuk merusak perkembangan moral dan emosional, terutama pada anak-anak dan remaja.

  3. Hoaks dan Disinformasi: Hoaks adalah berita palsu yang dibuat dengan tujuan memanipulasi atau menyesatkan orang. Hoaks politik, kesehatan, dan lingkungan dapat memicu masalah besar, seperti perpecahan sosial atau krisis kesehatan masyarakat.

  4. Konten Perundungan (Cyberbullying): Cyberbullying adalah bentuk intimidasi yang terjadi di dunia maya. Pengguna internet bisa menjadi sasaran pelecehan verbal, ejekan, atau ancaman melalui media sosial atau platform digital lainnya. Ini bisa berakibat pada isolasi sosial, trauma emosional, bahkan depresi pada korban.

  5. Konten Ekstremis dan Radikalisasi: Materi yang menyebarkan ideologi ekstremis sering digunakan untuk merekrut anggota baru, terutama di kalangan pemuda. Konten ini bisa mengarahkan individu pada tindakan kekerasan atau keterlibatan dalam organisasi teroris.

Dampak Negatif Konten Terhadap Pengguna

  1. Kesehatan Mental dan Emosional: Paparan terhadap konten negatif dapat memicu kecemasan, stres, dan depresi, terutama pada anak-anak, remaja, dan pengguna yang lebih rentan. Cyberbullying, misalnya, dapat menyebabkan isolasi sosial dan bahkan upaya bunuh diri.

  2. Pembentukan Persepsi Sosial yang Salah: Konten seperti pornografi dan kekerasan dapat membentuk pandangan yang keliru tentang hubungan sosial dan kekuasaan. Pengguna dapat menganggap tindakan tidak pantas sebagai norma yang diterima.

  3. Perpecahan Sosial: Penyebaran hoaks dan disinformasi dapat memicu ketidakpercayaan antar kelompok sosial, politik, atau etnis. Hoaks politik, terutama selama pemilu, bisa menyebabkan disintegrasi masyarakat dan merusak tatanan demokrasi.

  4. Radikalisasi Individu: Konten ekstremis yang tersebar luas dapat mendorong individu untuk terlibat dalam tindakan terorisme atau kekerasan ekstrem. Penyebaran konten radikal ini menjadi ancaman nyata terhadap keamanan nasional dan internasional.

Teknologi dan Teknik Penyaringan Konten Negatif

Berikut adalah beberapa metode dan teknologi yang digunakan untuk menyaring konten negatif di dunia digital:

  1. Penyaringan Berbasis Algoritma: Teknologi penyaringan berbasis algoritma menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk memantau dan mengidentifikasi konten negatif. Sistem ini dilatih untuk mengenali gambar, video, atau kata-kata yang termasuk dalam kategori negatif. Misalnya, Facebook dan YouTube menggunakan AI untuk menghapus konten yang mengandung ujaran kebencian atau kekerasan.

  2. Content Moderation (Moderasi Konten): Selain AI, platform digital juga menggunakan moderator manusia untuk mengevaluasi konten yang dilaporkan. Moderator ini bekerja untuk memastikan bahwa konten yang melanggar kebijakan platform dihapus secara manual. Meskipun algoritma AI cepat, moderator manusia penting untuk menangani kasus-kasus yang membutuhkan penilaian subjektif.

  3. Parental Control dan Safe Browsing: Banyak aplikasi dan perangkat digital menawarkan fitur parental control yang memungkinkan orang tua untuk membatasi akses anak-anak ke situs-situs tertentu atau kategori konten. Selain itu, fitur safe browsing di browser seperti Google Chrome dapat memblokir situs yang mencurigakan atau berisi malware.

  4. Penggunaan Blacklist dan Whitelist: Teknologi ini memungkinkan administrator jaringan atau pengguna untuk menentukan situs atau jenis konten mana yang dilarang (blacklist) atau diizinkan (whitelist). Hal ini sering digunakan di lingkungan sekolah atau kantor untuk menjaga akses internet yang aman.

  5. Sistem Peringatan Pengguna: Beberapa platform seperti Twitter dan Instagram mulai mengembangkan fitur yang memberikan peringatan kepada pengguna jika konten yang akan mereka lihat mengandung elemen sensitif, seperti kekerasan atau ujaran kebencian. Ini memberikan kontrol lebih kepada pengguna sebelum mereka memutuskan untuk melanjutkan melihat konten tersebut.

  6. Teknologi Natural Language Processing (NLP): NLP adalah cabang AI yang memungkinkan mesin untuk memahami dan memproses bahasa manusia. Dalam konteks penyaringan konten, NLP digunakan untuk mendeteksi dan menyaring kata-kata kasar, ujaran kebencian, atau hoaks dalam teks, baik di media sosial maupun platform lainnya.

  7. Enkripsi dan Sistem Privasi: Teknologi enkripsi memainkan peran penting dalam melindungi privasi pengguna. Meski bukan metode penyaringan konten negatif secara langsung, enkripsi membantu mencegah peretas atau aktor jahat lainnya mengakses data pribadi yang dapat digunakan untuk tindakan kriminal atau penyalahgunaan.

Langkah-Langkah Proaktif bagi Pengguna

  1. Tingkatkan Literasi Digital: Penting untuk memahami bagaimana cara mengidentifikasi konten negatif, menyaringnya, dan melindungi diri dari dampaknya. Pengguna harus memiliki kemampuan untuk memverifikasi sumber informasi dan mengenali berita palsu.

  2. Laporkan Konten yang Tidak Pantas: Banyak platform sosial memungkinkan pengguna untuk melaporkan konten yang melanggar pedoman komunitas. Dengan melaporkan konten negatif, pengguna turut berperan dalam menjaga ekosistem digital yang lebih sehat.

  3. Hindari Berbagi Konten yang Tidak Terverifikasi: Jangan sembarangan membagikan informasi atau konten yang tidak jelas kebenarannya. Membagikan konten hoaks atau negatif hanya akan memperparah penyebarannya.

  4. Gunakan Fitur Penapisan Otomatis: Banyak layanan digital menyediakan opsi untuk menyaring konten otomatis. Misalnya, Google SafeSearch dapat digunakan untuk memfilter hasil pencarian yang mengandung konten dewasa atau berbahaya.

Teknologi Penyaringan Konten yang Lebih Maju

  1. Machine Learning dan Deep Learning untuk Penyaringan Otomatis Salah satu teknologi terdepan dalam penyaringan konten adalah penggunaan machine learning (pembelajaran mesin) dan deep learning (pembelajaran mendalam). Kedua teknologi ini memungkinkan sistem untuk belajar dari data sebelumnya dan mengenali pola yang terkait dengan konten negatif.

    • Pembelajaran Mesin (Machine Learning): Sistem ini dilatih dengan data yang sudah diklasifikasikan, misalnya konten yang mengandung ujaran kebencian, pornografi, atau kekerasan. Dengan algoritma seperti supervised learning dan unsupervised learning, sistem dapat mengenali pola dan mengklasifikasikan konten secara otomatis.

    • Pembelajaran Mendalam (Deep Learning): Metode ini lebih kompleks dan menggunakan jaringan saraf tiruan (neural networks) yang meniru cara kerja otak manusia untuk memproses data gambar, video, atau teks secara lebih mendalam. Misalnya, video yang menampilkan kekerasan dapat dianalisis frame per frame untuk mengidentifikasi adegan kekerasan meski dalam konteks yang samar.

    Contoh Kasus:

    • YouTube menggunakan deep learning untuk secara otomatis mendeteksi video yang melanggar kebijakan mereka, terutama dalam kasus ujaran kebencian dan terorisme.
    • Facebook menggunakan machine learning untuk mendeteksi ujaran kebencian yang bersifat teks dengan memindai kata-kata atau frasa yang mencurigakan.
  2. Computer Vision untuk Deteksi Gambar dan Video Computer vision adalah cabang dari kecerdasan buatan yang memungkinkan komputer untuk “melihat” dan memahami konten visual. Teknologi ini berguna dalam menyaring konten seperti pornografi, kekerasan visual, atau konten ekstrim.

    Teknik yang digunakan:

    • Object Detection: Teknologi ini memungkinkan sistem untuk mendeteksi objek-objek tertentu dalam gambar atau video yang mengindikasikan konten negatif. Misalnya, objek senjata, darah, atau aksi kekerasan.
    • Image Classification: Sistem ini digunakan untuk mengklasifikasikan gambar berdasarkan kategorinya. Jika gambar terdeteksi mengandung unsur seksual eksplisit atau kekerasan, maka gambar tersebut akan dihapus atau diberi tanda sebagai konten negatif.
    • Face Recognition (Pengenal Wajah): Pada platform sosial, teknologi ini digunakan untuk mendeteksi wajah pelaku yang sering terlibat dalam aktivitas ilegal atau radikal.

    Contoh Kasus:

    • Instagram dan Facebook menggunakan teknologi computer vision untuk mendeteksi gambar dan video yang melanggar kebijakan komunitas, seperti pornografi atau kekerasan. Gambar yang terindikasi negatif secara otomatis diproses dan dihapus.
  3. Natural Language Processing (NLP) untuk Penyaringan Ujaran Kebencian dan Hoaks Natural Language Processing (NLP) adalah cabang kecerdasan buatan yang memungkinkan sistem komputer memahami, menganalisis, dan memproses bahasa manusia. Dalam konteks penyaringan konten negatif, NLP digunakan untuk menyaring teks, terutama di media sosial, blog, atau forum online.

    Teknik yang digunakan dalam NLP:

    • Text Classification: Menggunakan teknik ini, NLP dapat mengklasifikasikan teks ke dalam berbagai kategori seperti ujaran kebencian, disinformasi, atau konten berbahaya.
    • Sentiment Analysis: Teknologi ini menganalisis emosi atau sentimen dalam teks. Jika konten terdeteksi memiliki sentimen negatif, seperti marah, benci, atau menyerang individu atau kelompok tertentu, maka teks tersebut akan dihapus atau diberi peringatan.
    • Named Entity Recognition (NER): Teknik ini mengenali nama orang, organisasi, atau lokasi dalam teks. Teknologi ini digunakan untuk mengidentifikasi subjek yang mungkin menjadi target ujaran kebencian atau informasi palsu.

    Contoh Kasus:

    • Twitter menggunakan NLP untuk mendeteksi dan menghapus tweet yang mengandung ujaran kebencian atau disinformasi. Mereka juga menggunakan algoritma berbasis sentimen untuk mengenali diskusi yang cenderung mengarah pada konflik.
  4. AI-based Content Moderation Tools (Alat Moderasi Konten Berbasis AI) Selain platform besar, ada banyak alat moderasi konten berbasis AI yang dapat digunakan oleh perusahaan kecil atau komunitas online untuk menyaring konten negatif. Beberapa di antaranya termasuk:

    • Google’s Perspective API: Alat ini menggunakan AI untuk menganalisis teks dan menentukan apakah teks tersebut cenderung merugikan atau tidak. Pengguna dapat mengintegrasikan API ini ke dalam platform untuk membantu moderasi konten secara otomatis.
    • Hive Moderation: Layanan yang menyediakan moderasi berbasis AI untuk gambar, video, dan teks. Hive dapat mendeteksi kekerasan, pornografi, ujaran kebencian, dan bahkan konten yang mengandung narkoba.

Pendekatan Kebijakan dalam Menyaring Konten Negatif

Selain teknologi, pendekatan kebijakan juga memegang peran penting dalam mengatasi konten negatif di dunia digital. Beberapa pendekatan kebijakan yang telah diterapkan oleh negara-negara di seluruh dunia meliputi:

  1. Regulasi Pemerintah: Banyak negara telah menerapkan regulasi khusus untuk mengatur konten yang beredar di internet. Regulasi ini sering kali mewajibkan platform media sosial dan penyedia layanan internet untuk bertanggung jawab terhadap konten yang diunggah oleh pengguna.

    Contoh Regulasi:

    • Undang-Undang Perlindungan Konsumen di Internet (dalam beberapa negara): Regulasi ini mewajibkan penyedia platform untuk memiliki kebijakan moderasi konten yang jelas dan transparan. Jika platform gagal menghapus konten negatif dalam jangka waktu tertentu, mereka bisa didenda atau diancam pembatasan akses.
    • Digital Services Act (Uni Eropa): Ini adalah salah satu regulasi paling ketat yang diberlakukan di Eropa. Platform seperti Facebook dan Twitter diwajibkan untuk segera menghapus konten ilegal dan negatif atau berisiko terkena denda besar.
  2. Kolaborasi Pemerintah dan Perusahaan Teknologi: Kolaborasi antara pemerintah dan perusahaan teknologi sangat penting dalam menangani penyebaran konten negatif. Banyak platform besar seperti Google, Facebook, dan Twitter bekerja sama dengan pemerintah untuk membatasi penyebaran konten negatif.

    Contoh Kerja Sama:

    • Internet Watch Foundation (IWF): Organisasi ini bekerja sama dengan perusahaan teknologi untuk mendeteksi dan menghapus materi pelecehan seksual anak di internet.
    • Global Internet Forum to Counter Terrorism (GIFCT): Ini adalah inisiatif kolaboratif antara pemerintah dan perusahaan teknologi untuk melawan penyebaran konten terorisme di internet.
  3. Edukasi Literasi Digital: Edukasi menjadi salah satu elemen penting dalam kebijakan penyaringan konten negatif. Pengguna internet, khususnya anak-anak dan remaja, perlu dibekali dengan literasi digital agar dapat mengenali konten negatif dan memahami cara melaporkannya.

    Program Edukasi:

    • Program Literasi Digital di Sekolah: Banyak negara telah memasukkan literasi digital sebagai bagian dari kurikulum pendidikan formal. Siswa diajarkan cara menggunakan internet dengan bijak, mengenali berita palsu, serta melindungi diri dari cyberbullying.
    • Kampanye Kesadaran Publik: Pemerintah dan LSM sering kali meluncurkan kampanye kesadaran untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang bahaya konten negatif dan pentingnya literasi digital.

Tanggung Jawab Pemangku Kepentingan dalam Menyaring Konten Negatif

  1. Perusahaan Teknologi (Platform Media Sosial) Perusahaan teknologi memiliki tanggung jawab besar untuk menciptakan ekosistem yang aman. Mereka harus terus memperbarui teknologi penyaringan konten dan memastikan bahwa algoritma yang digunakan mampu mendeteksi konten negatif dengan akurat.

  2. Pemerintah Pemerintah berperan dalam menetapkan regulasi yang jelas dan memberikan sanksi tegas bagi pelanggaran. Pemerintah juga harus mendorong inisiatif literasi digital di masyarakat untuk memerangi penyebaran konten negatif.

  3. Pengguna Internet Pengguna internet juga memiliki tanggung jawab moral untuk tidak menyebarkan konten negatif dan melaporkan konten yang tidak pantas. Selain itu, pengguna harus bijak dalam memverifikasi informasi dan menghindari berbagi berita palsu.

Menyaring konten negatif di dunia digital adalah langkah penting untuk menciptakan lingkungan online yang sehat dan aman. Dengan kesadaran dan tindakan proaktif, seperti menggunakan penyaring konten, melakukan edukasi digital, dan memverifikasi informasi, kita dapat melindungi diri sendiri dan orang lain dari pengaruh buruk konten negatif. Literasi digital dan tanggung jawab bersama menjadi kunci untuk menjadikan dunia digital tempat yang lebih positif.

Menyaring konten negatif di dunia digital bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau platform teknologi, tetapi juga tanggung jawab pengguna internet itu sendiri. Dengan teknologi yang semakin maju, langkah-langkah penyaringan konten dapat dilakukan dengan lebih efektif. Namun, tanpa literasi digital dan kesadaran penuh dari setiap pengguna, konten negatif tetap dapat menyebar dan mempengaruhi banyak orang. Oleh karena itu, edukasi berkelanjutan tentang cara menyaring dan melaporkan konten negatif, serta penggunaan teknologi yang tepat, adalah kunci untuk menciptakan lingkungan digital yang aman dan sehat.

Menyaring konten negatif di dunia digital membutuhkan kombinasi dari teknologi yang canggih, kebijakan yang tepat, serta peran aktif dari pemerintah, perusahaan teknologi, dan pengguna internet. Dengan terus berkembangnya teknologi seperti AI