Dalam proses pembelajaran, terdapat apa disebut dengan model pembelajaran. Model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Hal itu merupakan interpretasi atas hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem. Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan belajar, yang dirancang berdasarkan proses analisis yang diarahkan pada implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di depan kelas.
Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru. Pembelajaran konvensional (tradisional) pada umumnya memiliki kekhasan tertentu, misalnya lebih mengutamakan hapalan daripada pengertian, menekankan kepada keterampilan berhitung, mengutamakan hasil daripada proses dan pengajaran berpusat pada guru. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional lebih terpusat kepada guru yang mengajar bukan siswa. Model pembelajaran seperti itu biasanya hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab saja, sehingga kesan yang timbul adalah pembelajaran yang membosankan dan membuat siswa jenuh bahkan mengantuk. Pembelajaran yang monoton seperti itu tidaklah cocok dipraktikkan di kelas-kelas, mengingat pembelajaran yang dilakukan dengan adanya aktivitas dua arah akan menghasilkan pembelajaran yang lebih menarik dan efektif.
Keberhasilan sebuah pembelajaran bergantung pada pemilihan materi pelajaran, merencanakan kegiatan belajar-mengajar, pemilihan model pembelajaran, dan media yang akan digunakan dalam pembelajaran. Selain hal-hal tersebut, hal yang paling penting adalah keterampilan guru dalam memperlakukan perangkat pembelajaran tersebut.
Pelaksanaan pembelajaran hendaknya bermakna bagi siswa, jangan sampai siswa hanya datang dan duduk di kelas tanpa memperoleh sesuatu yang bermanfaat. Oleh karena itu hendaknya guru pandai memilih model yang dapat menjadikan pembelajaran bermakna bagi siswa. Hal lain yang harus dijadikan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran adalah kesesuaiannya dengan tujuan instruksional serta pelaksanaannya dilihat dari sarana dan waktu yang tersedia. Model pembelajaran yang dinilai memiliki efektivitas tinggi, menurut Boud, et al. (2001) adalah peer teaching atau disebut juga peer learning bahwa:
Peer teaching involves students learning from and with each other in ways which are mutually beneficial and involve sharing knowledge, ideas and experience between participants. The emphasis is on the learning process, including the emotional support that learners offer each other, as much as the learning itself.
Ini berarti bahwa peer teaching itu melibatkan siswa belajar dari dan dengan satu sama lain dalam cara-cara yang saling menguntungkan dan di sana terlibat suasana berbagi pengetahuan, ide dan pengalaman antara peserta. Penekanannya adalah pada proses pembelajaran, termasuk dukungan emosional yang ditawarkan peserta didik satu sama lain, sejauh menyangkut pembelajaran itu sendiri.
Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Peer Teaching (Tutor Sebaya)
Secara umum, tujuan dan manfaat dari pembelajaran peer teaching adalah:
- memberikan umpan balik dan dukungan terhadap siswa;
- mengatasi isolasi;
- tidak menakutkan (siswa lebih cenderung berani untuk bertanya walaupun pertanyaan yang “bodoh”);
- memotivasi dan meyakinkan siswa; dan
- fleksible dan responsibel
Adapun menurut beberapa ahli (Dobos et al., 1999; Biggs, 1999; Bruffee, 1999; dan Boud et al. 2001) manfaat dari pembelajaran peer teaching ini adalah:
- Meningkatkan motivasi, yaitu untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran maupun ‘produk’ pengajaran;
- Sebagai outcome kognitif dan sosial dalam pembelajaran, yaitu meningkatkan level pendalaman atau pemikiran tingkat-tinggi (higher-order thinking), dan untuk mengembangkan keterampilan kerja sama (collaborative skills);
- Sebagai peningkatan rasa tanggung jawab seseorang atas upaya belajar, yaitu meningkatkan penguasaan proses belajar-mengajar dan proses pembelajaran dan konstruk-konstruk pengetahuan;
- Meningkatkan keterampilan meta-kognitif yang memungkinkan siswa untuk lebih mencerminkan pengajaran dan pembelajaran mereka secara lebih kritis. Pada gilirannya siswa dapat lebih menghargai pengalaman belajar mereka. Proses penerapan model ini dapat dilakukan di luar lingkungan kelas dalam semua konteks pembelajaran dan pengajaran.
Mengapa Menggunakan Tutor Sebaya (Peer Teaching)?
Dalam proses pembelajaran terdapat berbagai macam masalah yang terjadi, baik dari faktor internal maupun faktor eksternal siswa. Faktor internal terdiri atas keadaan fisik siswa, intelegensi siswa, serta keadaan psikologi siswa, misalnya minat dan motivasi. Sedangkan yang termasuk dalam faktor eksternal adalah kemampuan mengajar guru, media pembelajaran yang digunakan guru, model pembelajaran yang digunakan, sumber atau bahan pelajaran serta kurikulum.
Kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menimbulkan suasana yang membosankan dan tidak menarik, sehingga siswa yang tadinya mau belajar akan menjadi malas dan tidak semangat. Model pembelajaran yang monoton atau yang kita sebut konvensional ternyata membuat dampak yang negatif bagi siswa tersebut. Masalah ini dapat ditanggulangi dengan cara mengganti atau mengubah model pembelajaran yang biasanya dilaksanakan di kelas dengan model yang lain, yang akan membuat siswa tertarik dan bersemangat serta menjadi fokus dan konsentrasi terhadap apa yang sedang dipelajarinya. Akibat dari pemakaian model pembelajaran yang salah maka akan berdampak pula terhadap perkembangan anak, hal ini dapat dilihat dari nilai prestasi siswa yang dinilai kurang memuaskan dan tidak dapat memenuhi harapan. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk mencoba menanggulangi masalah yang terjadi dengan cara menggunakan model pembelajaran jenis lain yang dianggap lebih efektif dalam pembelajaran dibandingkan dengan model konvensional. Model pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran peer teaching (tutor sebaya) atau peer learning. Model pembelajaran peer teaching atau peer learning ini menitikberatkan pada sharing knowledge, sharing ideas dan sharing experience. Dengan mengganti model pembelajaran diharapkan kualitas output yang diharapkan oleh semua pihak dapat tercapai. Skema I-P-O untuk model peer teaching dalam meningkatkan prestasi belajar dapat digambarkan sebagai berikut.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam belajar dan pada gilirannya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, karena dengan penggunaan model yang tepat, masalah dalam proses pembelajaran dapat dilalui dengan lebih mudah, menyenangkan, dan lebih mendalam.
Referensi
Biggs, J. (1999). Teaching for quality learning at university: what the student does, Buckingham: SRHE and Open Univ. Press.
Boud, D., Cohen, R., and Sampson, J. (2001). Peer learning in higher education: Learning from and with each other. London: Kogan Press.
Bruffee, K. (1999) Collaborative learning: Higher education, interdependence, and the authority of knowledge. Baltimore: Johns Hopkins Univ. Press.
Dobos, M., Grinpukel, S., Rumble, B., and McNaught, C. (1999) Learning biochemistry in peer groups facilitates and enhances student understanding, Cornerstones: What do we value in higher education? Proceedings, July 12-15, Melbourne, Canberra.