Pekerjaan di bidang Jaringan komputer memiliki resiko bahaya tersembunyi yang cukup besar dan dapat mengakibatkan fatal dan kehilangan nyawa kita, jika tidak waspada dan menggunakan alat pengaman diri (APD) yang sesuai standar.
- Terjatuh akibat lalai menggunakan APD yang standar, tidak mengecek kondisi alat dan bahan, tidak memperhatikan lingkungan sekitar saat menaiki tangga.
- Takut ketinggian tapi memaksa bekerja berakibat pingsan. Sangat tidak dianjurkan orang-orang yang memiliki phobia ketinggian untuk melakukan pekerjaan berbahaya ini
- Sikap berbahaya seperti abai terhadap peringatan atau belum memiliki sertifikasi K3 bekerja di ketinggian.
- Tersengat listrik dari tiang telepone, atap gedung atau rumah, dan besi tower yang tidak sengaja teraliri listrik karena lalai mengecek kondisi lingkungan dan sekitarnya
Langkah-langkah Mengidentifikasi bahaya di tempat kerja bidang Komputer dan Jaringan
- Upaya atau langkah mengidentifikasi bahaya dan resiko terkait pekerjaan Komputer dan jaringan
- Mengumpulkan informasi terkait bahaya yang ada di tempat kerja
- Melakukan inspeksi secara langsung untuk menemukan potensi bahaya yang ada di tempat kerja
- Melakukan identifikasi bahaya terhadap kesehatan kerja
- Melakukan investigasi pada setiap insiden yang terjadi
- Melakukan identifikasi bahaya yang terkait dengan situasi darurat dan aktivitas non-rutin
Apa itu bekerja di ketinggian?
Menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.9 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) Bekerja di Ketinggian bab 1 Pasal 1 ayat 2, "Bekerja pada Ketinnggian adalah kegiatan atau aktivitas pekerjaan yang dilakukan oleh Tenaga Kerja pada Tempat Kerja di permukaan tanah atau perairan yang terdapat perbedaan ketinggian dan memiliki potensi jatuh yang menyebabkan Tenaga Kerja atau orang lain yang berada di Tempat Kerja cedera atau meninggal dunia atau menyebabkan kerusakan harta benda."
Dengan kata lain apabila tempat kerja Anda memiliki jarak yang tinggi dari tanah yang Anda pijak atau berada di kedalaman tertetu di bawah tanah atau air, kegiatan yang Anda lakukan bisa termasuk dalam kegiatan bekerja di ketinggian.
Berdasarkan medan pekerjaannya yang tidak umum, bekerja di ketinggian juga menyimpan potensi bahaya dan penyakit yang tidak main-main. Maka dari itu, dalam setiap upaya bekerja di ketinggian, perusahaan diwajibkan untuk mampu mengimplementasikan 5 prosedur utama bekerja dengan aman di ketinggian. Apa saja itu?
Perencanaan
Sebelum mengizinkan pekerja untuk bekerja di ketinggian, perusahaan harus memiliki konsentrasi yang serius terhadap tahap perencanaan.
Yang dimaksdu tahapan ini adalah seluruh bentuk perencanaan terhadap keamanan dan keselamatan pekerja nantinya selama mereka bekerja di ketinggian seperti faktor ergonomi selama bekerja, menyediakan penanggung jawab dan pengawas selama bekerja, memastikan bahwa pekerjaan yang dilakukan benar-benar tidak bisa dilakukan di lantai dasar dan harus diketinggian, merumuskan langkah-langkah pencegahan kecelakaan kerja dan sebagainya.
Diharapkan dengan adanya perencanaan yang matang, potensi munculnya risiko akibat terjatuh dari ketinggian bisa dihindari hingga tidak memakan korban sama sekali.
Prosedur Kerja
Prosedur selanjutnya yang harus dipenuhi adalah bagaimana perusahaan membuat prosedur kerja yang ideal bagi pekerja selama melakukan pekerjaan di ketinggian.
Prosedur kerja ini secara umum dapat meliputi:
- Teknik dan cara perlindungan jatuh.
- Cara pengelolaan peralatan.
- Teknik dan cara melakukan pengawasan pekerjaan.
- Pengamanan Tempat Kerja.
- Kesiapsiagaan dan tanggap darurat.
Selain itu, perusahaan juga harus membuat prosedur kerja dengan mendefinisikan daerah berbahaya seperti pembagian antara wilayah berbahaya, wilayah waspada, dan wilayah yang aman.
Pastikan seluruh prosedur yang dibuat telah tersosialisasikan kepada seluruh pekerja sehingga pekerja dapat mengikuti instruksinya dan bekerja secara aman.
Teknis Bekerja Aman
Setelah perencanaan dan prosedur kerja, Permen Kemenakertrans No. 9 Tahun 2016 ini juga mengatur teknis bekerja yang aman.
Setidaknya ada 5 teknik bekerja yang aman sesuai dengan yang disebutkan di ayat (1) yaitu:
- Bekerja pada Lantai Kerja Tetap.
- Bekerja pada Lantai Kerja Sementara.
- Bergerak secara vertikal atau horizontal menuju atau meninggalkan lantai kerja.
- Bekerja pada posisi miring.
- Bekerja dengan akses tali.
Dari masing-masing teknik tersebut terdapat penjelasan dan saran untuk dalam pengimplementasiannya seperti pemasangan dinding, penggunaan tali, dan lain sebagainya yang akan kita bahas di tulisan selanjutnya.
APD, Perangkat Pelindung Jatuh, dan Angkur
Karena memikul risiko yang cukup besar, setiap pekerja di ketinggian wajib dilengkapi dengan alat pelindung diri atau APD.
Apa saja jenis APD yang dibutuhkan juga akan sangat tergantung dari detail pekerjaan yang dijalani, apakah untuk gedung, bekerja di atas kontainer, penggunaan crane, dan lain-lain.
Namun setidaknya ada 3+3 alat yang tidak boleh dilewatkan untuk setiap jenis pekerjaan di ketinggian, alat-alat tersebut antara lain:
- Sabuk/Tali Keselamatan
- Helm Keselamatan
- Sepatu Keselamatan
- Kacamata Keselamatan
- Sarung Tangan
- Masker
Tenaga Kerja
Persyaratan terakhir yang diatur Permen Kemenakertrans No. 9 Tahun 2016 tentang Bekerja di Ketinggian adalah standar pekerja yang diizinkan untuk bekerja di ketinggian.
Bekerja di ketinggian tidak bisa melibatkan pekerja secara asal. Para pekerja yang akan bekerja di ketinggian wajib memiliki skill atau kemampuan dalam menggunakan alat-alat kerja dan juga pengetahuan serta kesadaran untuk bekerja secara aman bagi dirinya dan orang-orang di sekitar.
Dengan kata lain, pekerja di ketinggian wajib orang yang kompeten dan berwenang karena mengerti bidang K3 di Ketinggian.