Saat usianya baru menginjak 25 tahun, Nabi Muhammad SAW telah menjadi seorang pebisnis yang sukses. Tak kurang dari 18 kali beliau melakukan ekspedisi dagang di rute dalam dan luar Hijaz. Alhasil, Muhammad muda dapat memulai rumah tangga dengan lebih mapan. Saat menikah dengan Khadijah, beliau mampu membawa mas kawin sebanyak 20 ekor unta dan 12,4 ons emas murni. Mas kawin itu terbilang sangat besar, bahkan untuk ukuran zaman sekarang.
Tuntunan Rasulullah ini bisa menjadi teladan bagi kita yang mungkin baru memulai berdagang. Meski demikian, ada baiknya kita memperhatikan terlebih dahulu seperti apa Rasulullah berdagang pada saat itu. Mulai dari sikap yang ditunjukkan saat berdagang hingga cara Rasul mengatur dagangannya
Kunci-kunci sukses ala Nabi
Apa saja kunci kemahiran beliau? Pertama, Nabi Muhammad SAW dalam berdagang selalu menentukan terlebih dahulu segmentasi pasar. Dengan demikian, beliau dapat “membaca” permintaan pasar tentang suatu barang atau komoditas.
Yang dipelajarinya adalah kebiasaan, cara hidup, dan kebutuhan sehari-hari para calon konsumen tempat ia akan berdagang. Alhasil, ketika datang ke kota A, barang-barang yang beliau bawa bisa jadi berbeda ketika beliau mendatangi kota B.
Kemudian, Nabi Muhammad SAW juga tak pernah mengecewakan pelanggan. Beliau tak membeda-bedakan pelanggan, apakah itu kaum elite bangsawan, orang biasa, atau bahkan budak sekalipun. Menghormati pelanggan adalah poin penting untuk kelancaran bisnis yang dipegang teguh oleh Rasulullah.
Selanjutnya, Rasulullah memiliki visi dalam berekspansi. Beliau dalam berdagang tak hanya berkutat pada satu atau dua pasar. Nabi SAW juga melakukan perluasan jangkauan bisnis ke banyak wilayah. Dengan begitu, reputasi dan pamor (branding) produk-produknya kian dikenal masyarakat luas.
Reputasi juga didapat dari jaminan mutu barang. Nabi Muhammad SAW selalu jujur dengan kualitas barang dagangannya, apakah itu ada kelebihan atau kekurangannya. Semua dijelaskan kepada para pelanggannya. Tidak pernah sekalipun beliau mengurangi takaran atau timbangan. Beliau juga tidak melakukan perang harga dengan sesama pedagang lainnya.
Alhasil, Muhammad SAW sebagai pedagang akhirnya menemukan self-branding. Beliau bahkan sebelum menjadi Rasulullah sudah mendapat gelar al-Amin, ‘orang yang bisa dipercaya.’ dari masyarakat Arab.
Self-branding itulah yang memudahkan beliau dalam berbisnis. Malah tanpa modal sepeser pun, beliau dapat bekerja, yakni dengan menjualkan barang-barang dagangan milik orang lain. Dari situ, beliau mendapatkan imbalan dari proses bagi-hasil. Inilah yang dilakukannya dengan Khadijah—seorang saudagar sukses, kaya raya pula—sebelum pernikahan terjadi
BERIKUT CARA DAGANG RASULULLAH
Menjual barang dagangan dengan kualitas bagus
Ambil keuntungan sewajarnya
Tentu saja pedagang mengharapkan untung dalam usahanya. Namun, tidak jarang ada pedagang yang mengambil keuntungan atau laba tinggi tanpa memikirkan pembeli.Tidak mudah putus asa
Sikap ini sangat diperlukan saat menjalankan usaha apapun, termasuk berdagang. Seorang pedagang tidak akan berhasil jika mudah putus asa. Perlu diingat, dalam setiap usaha selalu membutuhkan proses. Apalagi dalam perjalanannya, beberapa hambatan bisa saja menghadang kita.