Jumat, 01 Oktober 2021

jenis jenis awan, ciri dan faktor pembentuknya

Pengertian Awan

Awan adalah massa yang dapat dilihat dari tetesan air atau kristal beku tergantung di atmosfer di atas permukaan bumi atau permukaan planet lain, awan dipelajari dalam ilmu awan atau fisika awan, suatu cabang meteorologi, di Bumi substansi biasanya presipitasi uap air,  dengan bantuan dari partikel higroskopis udara seperti debu dan garam dari laut, dan tetesan air kecil terbentuk pada ketinggian rendah dan kristal es pada ketinggian tinggi bila udara didinginkan jadi jenuh oleh konvektif lokal atau lebih besar mengangkat non-konvektif skala.

sekumpulan tetesan air atau kristal es pada atmosfer yang terjadi dikarenakan pengembunan atau pemadatan uap air yang terdapat di dalam udara setelah melampaui keadaan yang jenuh.

Awan adalah kumpulan tetes air atau kristal es yang mengendap di atmosfer.

Para ilmuwan sudah pernah menjelaskan tentang keberadaan awan ini ada sejak tahun 1770an. Adapun pengertian awan menurut para ilmuwan adalah sebagai berikut.

  1. Menurut Lamarck dan Howard, awan adalah kumpulan dari gelembung-gelembung air.
  2. Menurut von Guericke, awan dibentuk berdasarkan teori gelembung.
  3. Menurut Coulier, tetesan awan dari langit dibentuk oleh debu.
  4. Menurut Aitken, tetesan awan terbentuk dari uap air dengan bantuan partikel debu sebagai penentu terbentuknya fase beru. 

Keberadaan awan di atmosfer sangat berpengaruh pada cuaca dan iklim di Bumi. Contohnya saja, jika di daerahmu terdapat awan yang berwarna hitam dan pekat, maka kemungkinan besar akan turun hujan di daerah tersebut. 

Sebaliknya, jika kamu menjumpai adanya awan berwarna putih bersih dengan jumlah yang tidak terlalu banyak disertai pemandangan langit yang berwarna biru, maka kemungkinan besar tidak akan turun hujan di daerah tersebut. Lalu, bagaimana proses pembentukan awan itu?

Proses Pembentukan Awan

Awan tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan melalui serangkaian proses tertentu yang diawali dengan adanya suhu udara panas di daratan. Suhu udara panas tersebut akan mengakibatkan naiknya uap air. Lalu, uap air tersebut akan mengembang secara adiabatik karena tekanan udara di atas lebih kecil daripada di bawah. 

Saat uap air mencapai ketinggian tertentu yang suhunya lebih rendah, uap air tersebut akan mengalami pengembunan, sehingga berubah wujud menjadi tetes air. Proses ini dikenal sebagai kondensasi. Hasil kondensasi uap air inilah yang nantinya terlihat sebagai awan. 

Semakin banyak tetes air yang terbentuk, semakin besar ukuran awannya. Jika awan tersebut mendapatkan panas dari Matahari, awan akan menguap lalu hilang. Sebaliknya, jika tidak mendapatkan panas Matahari (suhunya tetap), turunlah awan menjadi tetesan air dalam bentuk hujan karena pengaruh gaya gravitasi.

Jenis-Jenis Awan

Berdasarkan ketinggiannya, awan dibagi menjadi empat jenis, yaitu sebagai berikut.

Awan sendiri dapat digolongkan menjadi 3 kelompok besar, yaitu

  1. Awan tinggi,
  2. Awan sedang, dan
  3. Awan rendah.

 1. Golongan awan rendah, yaitu awan yang ketinggiannya hanya mencapai 2.000 m. Adapun awan yang termasuk golongan awan rendah adalah sebagai berikut.

  1. Nimbo Stratus adalah awan rendah yang merata dan berukuran tebal. Tak heran jika sinar Matahari sulit menembus awan ini. Hal itu mengakibatkan terbentuknya warna abu-abu di bagian bawah awan dan berpotensi menjadi hujan lebat.
  2. Strato Cumulus adalah awan rendah yang bentuknya menyerupai bulu domba atau sisik ikan. Awan ini bisa dilihat dalam bentuk tiga dimensinya, lho. Hal itu dikarenakan rendahnya ketinggian awan ini.
  3. (low) Stratus adalah awan rendah yang merata dan tidak berbentuk spesifik layaknya awan lain. Jika awan ini menyentuh tanah, akan terbentuk kabut.

2. Golongan awan menengah, yaitu awan yang berada di ketinggian 2.000 m – 6.000 m. Adapun awan yang tergolong awan menengah adalah sebagai berikut.

  1. Alto Cumulus adalah awan menengah yang berbentuk gumpalan cukup besar menyerupai sisik ikan atau bulu domba.
  2. Alto Stratus adalah awan menengah yang merata dan biasanya berwarna abu-abu. Keberadaan awan ini bisa menjadi indikator akan turunnya hujan di suatu tempat.

3. Golongan awan tinggi, yaitu awan yang memiliki ketinggian di atas 6.000 m. Adapun awan yang tergolongan awan tinggi adalah sebagai berikut.

  1. Cirrus adalah awan tinggi yang bentuknya seperti bulu ayam dan terkadang juga seperti mata pancing. Umumnya, awan ini berwarna putih bersih.
  2. Cirro Cumulus adalah awan yang berbentuk gumpalan-gumpalan kecil menyerupai sisik ikan dan berwarna putih bersih. Gumpalan awan cirro cumulus terlihat lebih kecil daripada alto cumulus karena posisinya lebih tinggi.
  3. Cirro Stratus adalah awan tinggi yang tidak memiliki bentuk spesifik, melainkan rata menyelimuti atmosfer. Pada dasarnya, bentuk awan ini hampir sama dengan alto startus, hanya saja berada di posisi yang lebih tinggi. Jika dilihat pada siang hari, awan ini bisa membuat mata silau.

4. Golongan awan yang membumbung ke atas, yaitu sebagai berikut.

  1. Cumulus Humilis adalah awan yang dibentuk oleh aliran udara vertikal. Jika udara mengalir ke atas, awan akan terbentuk. Sebaliknya, jika udara mengalir ke bawah, awan akan hilang. Awan ini terlihat di bawah awan cirro stratus.
  2. Cumulus Congetus adalah fase lanjutan dari awan cumulus humilis. Jika awan cumulus humilis mendapatkan panas berlebih, maka awan ini akan membumbung ke atas dengan ukuran lebih besar namun belum melebar, masih berbentuk runcing.
  3. Cumulo Nimbus adalah fase terakhir dari pembentukan awan vertikal. Cumulus congetus yang terus membumbung ke atas, semakin lama akan semakin melebar dan membesar. Awan inilah yang nantinya disebut cumulo nimbus. Tak heran jika cumulo nimbus menjadi sarang terjadinya petir, kilat, dan guntur. Siapa sangka jika keberadaan awan ini cukup ditakuti oleh para pilot, lho. Oleh karena ketebalan dan ukurannya yang cukup besar, awan ini bisa mengganggu laju dan gerak pesawat. Terlebih saat terjadi petir di dalamnya.

Faktor yang Memengaruhi Terbentuknya Awan

Adapun faktor yang memengaruhi terbentuknya awan adalah sebagai berikut.

1. Suhu udara

Salah satu faktor yang memengaruhi proses pembentukan awan adalah naiknya suhu udara di daratan. Jika suhu daratan naik, uap air akan terangkat ke atas lalu akan mengembang secara adiabatik untuk selanjutnya berubah menjadi awan.

2. Intensitas sinar Matahari

Semakin besar intensitas sinar Matahari yang mengenai Bumi, semakin besar energi kalor yang dihasilkan. Akibatnya, suhu akan meningkat.

3. Angin

Semakin kencang angin yang berhembus, akan mempercepat proses penguapan. Akibatnya, awan lebih cepat terbentuk.

4. Kelembapan udara

Udara lembap akan mempercepat proses pembentukan awan. Hal itu karena udara lembap mengandung banyak uap air.

5. Tekanan udara

Semakin besar perbedaan tekanan di daratan dan di udara, semakin cepat awan terbentuk.

Fungsi Awan

Selain pertanda turunnya hujan, kira-kira awan berfungsi untuk apa saja ya?

1. Penghalang radiasi sinar Matahari

Tanpa adanya awan, mungkin radiasi sinar Matahari terasa sangat menyengat di kulit. Itulah mengapa, keberadaan awan mampu menghalangi radiasi sinar Matahari secara berlebih.

2. Sumber cadangan air

Tanpa hujan, Bumi akan terasa kering kerontang. Keberadaan hujan merupakan salah satu faktor penting bagi keberlangsungan hidup makhluk di Bumi.

3. Objek pengamatan untuk prakiraan cuaca

Kira-kira, bagaimana cara BMKG memperkirakan cuaca yang terjadi di suatu tempat? Salah satu objek kajian BMKG dalam meramalkan cuaca adalah dengan melihat awan, misalnya saja bentuk awan, intensitas awan, ketinggian awan, dan sebagainya. Data-data yang diperoleh nantinya bisa dijadikan dasar peramalan cuaca di suatu tempat dan tentunya dilengkapi dengan citra satelit, ya.

Berat Awan

Peneliti dari NCFAR (National Center for Atmospheric  Research), Penemuan berat awan dikemukakan oleh salah satu peneliti tersbut,  dalam penelitian nya, ada beberapa cara/teknik nih untuk mengukur berat awan.

Para ilmuwan juga telah mengukur kepadatan air dari salah satu jenis awan cumulus (berwarna putih, seperti bulu yang dilihat ketika cerah). Kepadatan awan diperkirakan ½ gram per m2,  kepadatan ini jumlahnya berbeda-beda juga tergantung pada jenis awan. Ilmuwan mengukur ini dengan odometer dengan  Cara mengikuti bayangan awan dengan berkendara di bawah awan tersebut, untuk awan cumulus mempunyai panjang sekitar satu kilometer loh! Biasanya berbentuk kubus jadi tingginya juga satu kilometer juga. Dengan begitu volume awan dapat diketahui dengan perikiraan angka 1 juta m3.

Dengan cara mengukur kepadatan dan volume, maka secara matematis kadar air total awan dapat diketahui guys (sekitar 500.000.000 gram air atau sekitar 1.1 juta pound)  Supaya lebih mudah, berat awan dapat dianalogikan sebanyak 100 gajah.

Pengertian Kabut

Kabut adalah salah satu gejala pada cuaca dan iklim yang terjadi karena adanya proses kondensasi uap air di dekat permukaan tanah atau di dekat air yang dingin hingga ketinggian 500 meter.

Dapat dikatakan bahwa kabut adalah awan yang menyentuh tanah. Meskipun sama-sama terbentuk karena proses kondensasi uap air, tapi keduanya berbeda, lho. Apa bedanya? 

Letak perbedaannya terdapat pada ketinggiannya. Kabut hanya terbentuk pada ketinggian yang rendah karena menyentuh permukaan bumi, sementara awan dapat terbentuk pada berbagai jenis ketinggian, bahkan bisa mencapai berkilo-kilometer lebih tinggi dari permukaan air laut.

Bagaimana Proses Terbentuknya?

Sebetulnya, dalam proses terbentuknya dapat dikatakan sama dengan awan.

Terbentuk pada saat uap air atau air dalam wujud gas mengalami kondensasi. Pada saat itulah, molekul-molekul yang terdapat di dalamnya akan menyatu dan menghasilkan titik-titik air yang melayang-layang di udara. Tidak seperti uap air yang tidak terlihat, perubahan menjadi titik-titik air inilah yang membuat kita dapat melihat kabut.

Nah, proses ini biasanya karena adanya peningkatan kelembapan udara atau pada saat suhu udara menurun. Maka, sering terbentuk pada pergantian malam ke pagi hari, saat di mana suhu udara biasanya ada di titik paling rendah. Udara yang lembap mengandung banyak uap air di dalamnya.

Kabut terbentuk dari pertemuan udara dengan suhu yang berbeda, misalnya udara sejuk bertemu dengan udara hangat.

Setelah terbentuk, ada yang terus naik hingga akhirnya menjadi awan dan ada pula yang jatuh ke permukaan bumi karena lebih berat. Nah, yang tetap berada di permukaan bumi inilah yang akan menempel di berbagai tempat, misalnya tumbuhan, sebagai embun, dan akan menghilang setelah titik-titik air di dalamnya menguap karena ditembus oleh sinar matahari.

Jenis-Jenis Kabut

Ada berbagai jenis kabut. Mari kita pahami beberapa di antaranya.

  • Kabut radiasi, yang biasanya terbentuk pada sore menuju malam hari, saat panas yang diserap oleh bumi dari matahari di pagi hari diradiasikan ke udara.
  • Kabut adveksi, yang terbentuk saat udara yang hangat dan lembap melewati permukaan yang sejuk. Proses ini dinamakan adveksi. Biasanya, terjadi pada tempat di mana udara hangat tropis bertemu dengan air laut yang lebih dingin.
  • Kabut lembah, biasanya ditemui di lembah pegunungan pada musim dingin. Terbentuk pada saat udara yang lebih padat ‘terperangkap’ karena adanya pegunungan.
  • Kabut asap, kondisi yang terjadi saat bercampur dengan asap. Jenis satu ini dinamakan smog, gabungan dari kata smoke dan fog. Kabut asap berbahaya bagi kesehatan, terutama karena terdiri atas partikel-partikel kecil yang bisa menembus hingga ke dalam organ dalam tubuh kita. Jenis ini juga bisa mengganggu karena merusak tumbuhan.

Apakah Kabut Dapat Menyebabkan Permasalahan?

Ada kabut yang tebal dan juga tipis. Pada beberapa kondisi, dapat terbentuk dengan sangat tebal, dan bisa membuat kamu tidak bisa melihat atau menembusnya, lho

Jangankan melihat sesuatu yang kecil, melihat bangunan yang menjulang tinggi sekalipun akan sulit, apabila daerah di sekitarnya tertutup kabut tebal.

Jika kita hanya berjalan kaki, mungkin kita bisa selamat di tengah kabut tebal dengan meningkatkan kewaspadaan terhadap permukaan tanah di sekitar kita. Namun, bagaimana dengan orang yang harus melewatinya dengan mobil atau bahkan pesawat terbang?

Di darat, ribuan kecelakaan lalu lintas terjadi setiap tahunnya begitupun di udara tentunya lebih berbahaya, maka biasanya penerbangan akan mengalami pembatalan atau penundaan jika kondisi sedang berkabut.

Banyak upaya yang dilakukan untuk mengatasi bahaya yang timbul, salah satunya bantuan dari satelit yang mengitari bumi untuk menghasilkan prediksi lokasi akan terjadinya kabut. Ini penting sekali supaya semua orang bisa bepergian dengan aman.

Ada pula lampu pada kendaraan bermotor yang harus dinyalakan pada saat berkabut yang dikenal sebagai lampu dim atau lampu jauh.