DASAR-DASAR ETIKA DIGITAL & PLAGIARISME
A. ETIKA DIGITAL: KEWARGAANEGARAAN DI DUNIA MAYA
2. Ruang Lingkup (The 5 Core Principles of Digital Ethics):
Privasi & Keamanan Data: Menghargai dan melindungi data pribadi diri sendiri dan orang lain. Contoh: menggunakan password yang kuat, tidak membagikan PIN, memahami pengaturan privasi di media sosial.
Hak Kekayaan Intelektual (HAKI): Menghormati hasil karya orang lain (seni, musik, tulisan, perangkat lunak) dengan tidak menyalin, membajak, atau menggunakan tanpa izin.
Kredibilitas & Kejujuran Informasi: Bertanggung jawab atas informasi yang dibagikan. Memeriksa kebenaran berita (cek fakta) sebelum menyebarluaskan untuk memerangi hoaks.
Keterbukaan & Inklusi: Menggunakan teknologi untuk hal yang positif, membangun komunitas yang sehat, dan tidak melakukan diskriminasi atau ujaran kebencian.
Kesejahteraan & Tanggung Jawab: Menjaga keseimbangan antara kehidupan digital dan nyata, serta menyadari dampak kesehatan mental dari penggunaan teknologi.
B. PLAGIARISME: PENYAKIT AKADEMIS & PROFESIONAL
2. Bentuk-Bentuk Plagiarisme:
Plagiarisme Langsung (Copy-Paste): Menyalin persis kata demi kata dari sumber tanpa kutipan.
Parafrase tanpa Sumber: Mengubah kata-kata tetapi struktur ide tetap sama tanpa menyebutkan sumber.
Plagiarisme Mosaik: Menyisipkan kalimat atau frasa dari berbagai sumber ke dalam karya sendiri tanpa kutipan.
Plagiarisme Ide: Menggunakan ide orisinal orang lain tanpa memberikan pengakuan, meskipun kata-katanya diubah.
Plagiarisme Diri: Menggunakan karya sendiri yang telah dipublikasikan sebelumnya untuk tugas baru tanpa izin.
3. Konsekuensi Plagiarisme:
Akademis: Nilai nol, kegagalan mata pelajaran, hingga skorsing atau dikeluarkan dari sekolah.
Profesional: Kehilangan kredibilitas, tuntutan hukum, gugatan pelanggaran hak cipta, dan pemecatan.
Personal: Menghambat perkembangan keterampilan dan kemampuan berpikir kritis.
4. Cara Menghindari Plagiarisme:
Kutipan (Citation): Selalu cantumkan sumber dengan gaya kutipan yang benar (e.g., APA, MLA).
Parafrase yang Bertanggung Jawab: Ubah kata-kata dan struktur kalimat, tetapi tetap sertakan sumber asli.
Gunakan Aplikasi Pemeriksa Plagiarisme: Seperti Turnitin, Grammarly, untuk memastikan keaslian karya.
PERTEMUAN 2: REVOLUSI KECERDASAN BUATAN (AI) DAN TANTANGAN ETIKANYA
A. MENGENAL AI DAN MODEL BAHASA BESAR (LLM)
2. Apa itu LLM (Large Language Model) seperti ChatGPT, Gemini, Copilot?
Bukan Mesin Pencari: LLM tidak mencari informasi di internet seperti Google. Ia adalah model statistik yang dilatih dengan data teks yang sangat besar (buku, artikel, website).
Cara Kerja: Ia memprediksi kata atau kalimat berikutnya yang paling mungkin berdasarkan pola yang dipelajari dari data latihnya. Ia adalah "mesin tebak-tebakan yang sangat canggih".
Implikasi: Karena bekerja berdasarkan prediksi, AI bisa saja menghasilkan informasi yang salah (hallucination). Fakta dari AI harus selalu diverifikasi ulang dengan sumber yang terpercaya.
B. DAMPAK AI DALAM KEHIDUPAN & DUNIA KERJA
Dampak Positif:
Efisiensi: Otomatisasi tugas repetitif (mengetik, merangkum, coding sederhana).
Kreativitas: Membantu brainstorming ide, membuat kerangka tulisan.
Personalized Learning: Membantu penjelasan konsep dengan cara yang mudah dipahami.
Inovasi di Berbagai Bidang: Diagnosa medis, kendaraan otonom, customer service.
Dampak Negatif/Tantangan:
Disinformasi: Penyebaran hoaks dan informasi palsu yang dibuat oleh AI.
Bias Algoritma: AI dapat mereproduksi bias yang ada dalam data latihnya (bias ras, gender, dll).
Pelanggaran Privasi: Pengumpulan data untuk melatih model AI.
Pergeseran Lapangan Kerja: Beberapa pekerjaan mungkin hilang, tetapi pekerjaan baru juga akan lahir.
C. ETIKA MENGGUNAKAN AI: ANTARA ALAT BANTU DAN KECURANGAN
1. AI dalam Konteks Akademik dan Tugas Sekolah:
Dilarang: Menyerahkan hasil generate AI secara penuh sebagai karya sendiri. Ini adalah bentuk plagiarisme yang diperparah.
Diperbolehkan (Sebagai Alat Bantu):
Brainstorming untuk mencari ide topik.
Membuat kerangka (outline) presentasi atau laporan.
Memperbaiki tata bahasa dan ejaan (proofreading).
Meminta penjelasan tentang konsep yang sulit.
Membantu debugging kode program sederhana.
2. Prinsip Penggunaan AI yang Bertanggung Jawab:
Transparansi: Selalu beri tahu guru/dosen jika kamu menggunakan AI sebagai alat bantu dalam pengerjaan tugas.
Verifikasi: Selalu cross-check fakta dan informasi yang diberikan AI dengan sumber primer yang terpercaya.
Kontribusi Orisinal: Jadikan output AI sebagai bahan baku, bukan produk akhir. Kamu harus tetap menambahkan analisis, pemikiran, dan suara mu sendiri.
Kutip Penggunaan AI: Di masa depan, mungkin akan ada gaya kutipan untuk AI. Untuk saat ini, cantumkan dalam catatan kaki atau pengantar bagaimana kamu menggunakan AI (contoh: "Penulisan kerangka laporan ini dibantu oleh ChatGPT, kemudian dikembangkan dan diverifikasi oleh penulis").
Kasus Nyata: Etika Digital, Plagiarisme, & AI
1. Etika Digital (Netiket & Jejak Digital)
| Aspek | Kasus Nyata | Pelanggaran Etika | Solusi Etis (Tindakan yang Benar) |
| Cyberbullying | Seorang siswa SMK (A) merasa kesal karena nilai ulangan temannya (B) lebih tinggi, lalu A membuat akun anonim dan menyebarkan foto B dengan teks yang merendahkan dan memicu kebencian di grup chat kelas. | Melanggar Netiket: Melakukan perundungan secara daring (cyberbullying), menyebarkan konten yang merugikan, dan menggunakan identitas palsu untuk menyakiti orang lain. | Melaporkan unggahan tersebut, menghapus pesan provokatif, dan berkomunikasi secara pribadi dengan sopan untuk menyelesaikan masalah, atau meminta bantuan guru/orang dewasa. |
| Oversharing & Privasi | Seseorang (C) secara rutin mengunggah semua detail perjalanannya, termasuk foto tiket pesawat, alamat hotel, dan lokasi real-time di media sosial. | Melanggar Etika Privasi: Membuka data pribadi dan sensitif (lokasi dan jadwal) ke publik, meningkatkan risiko menjadi target kejahatan fisik atau pencurian identitas. | Membatasi informasi yang diunggah (cukup check-in setelah pulang), menonaktifkan fitur lokasi real-time, dan mengatur privasi akun menjadi private. |
| Komunikasi Formal | Seorang siswa (D) mengirim email kepada guru (E) untuk menanyakan tugas. Subjek emailnya kosong, dan isinya hanya "P Tugas kpn? Balas skrg.". | Melanggar Etika Digital (Email Netiket): Menggunakan bahasa informal dan tidak sopan, subjek tidak jelas, dan tidak menggunakan salam/penutup yang layak. | Menggunakan subjek yang jelas (contoh: "Pertanyaan Tugas Informatika Kelas X"), menyertakan salam formal, menggunakan bahasa baku, dan mengucapkan terima kasih di akhir. |
2. Plagiarisme (Integritas Akademik)
| Jenis Kasus | Kasus Nyata | Pelanggaran Plagiarisme | Solusi Etis (Tindakan yang Benar) |
| Plagiarisme Total | Seorang siswa diwajibkan membuat laporan hasil praktik. Siswa tersebut mencari di internet, menemukan laporan milik alumni, dan mengganti nama penulisnya saja lalu menyerahkannya sebagai miliknya. | Plagiarisme Total: Mengambil seluruh karya orang lain tanpa izin dan atribusi, dan mengklaimnya sebagai karya orisinal. | Menulis laporan sendiri berdasarkan hasil praktik yang dilakukan. Jika harus mengutip, gunakan kutipan langsung dan cantumkan sumbernya di daftar pustaka. |
| Plagiarisme Paraphrase | Siswa lain (G) membaca 5 paragraf dari sebuah artikel online. G kemudian mengubah urutan kalimat dan mengganti sekitar 10% kata menjadi sinonim, namun tidak mencantumkan sumber sama sekali. | Plagiarisme Paraphrase yang Tidak Etis: Meskipun sudah menulis ulang, ide dan struktur kalimat dasarnya tetap milik orang lain, dan tidak adanya atribusi menjadikannya penjiplakan. | Menyertakan kutipan dalam teks (misalnya: "Menurut Smith (2023)...") dan mencantumkan sumber lengkap di bagian Daftar Pustaka. |
| Self-Plagiarism | Seorang mahasiswa (H) menggunakan seluruh isi esai yang pernah ia submit di mata kuliah A, untuk dijadikan Bab I pada skripsi yang ia kerjakan di mata kuliah B, tanpa menyebutkan bahwa esai tersebut sudah pernah dipublikasikan. | Self-Plagiarism: Mendaur ulang karya sendiri dan menyajikannya sebagai karya baru atau orisinal, melanggar prinsip kebaruan akademik. | Mereferensikan karyanya sendiri yang terdahulu sebagai sumber kutipan, dan memastikan 80% konten yang disubmit adalah baru. |
3. Kecerdasan Buatan (AI) dalam Kehidupan & Etika AI
| Aspek | Kasus Nyata | Isu Etika/Integritas | Solusi Etis (Tindakan yang Benar) |
| Integritas Tugas Sekolah | Seorang siswa (J) diminta membuat esai 500 kata. J menggunakan ChatGPT, menyalin seluruh output esai yang dihasilkan AI tersebut, dan mengakuinya 100% sebagai karya tulisnya sendiri tanpa menyebutkan bantuan AI. | Pelanggaran Integritas Akademik: Menyerahkan karya yang tidak orisinal, meskipun bukan plagiarisme karya manusia, ini adalah bentuk curang (kecurangan AI). | Menggunakan AI untuk merangkai ide, mencari kerangka, atau memeriksa tata bahasa. Siswa wajib menulis ulang, mengembangkan ide, dan mencantumkan atribusi yang jelas (misalnya: "Kerangka esai dibantu oleh ChatGPT"). |
| Bias Algoritma | Sebuah sistem AI yang digunakan untuk menyortir lamaran kerja ternyata secara konsisten memberi nilai rendah pada kandidat perempuan hanya karena data latihnya didominasi oleh riwayat kandidat laki-laki yang sukses. | Bias dan Diskriminasi AI: Algoritma mencerminkan bias data masa lalu, menghasilkan keputusan yang tidak adil dan diskriminatif pada kelompok tertentu. | Pengembang AI harus memastikan data latihnya seimbang (representatif) dan melakukan audit etika secara berkala untuk mengidentifikasi dan menghilangkan bias dalam pengambilan keputusan algoritma. |
| Transparansi AI | Seorang dokter menggunakan alat diagnostik berbasis AI. Alat tersebut memberikan diagnosis "Alergi Langka" tanpa memberikan penjelasan atau alasan mengapa ia sampai pada kesimpulan tersebut. | Kurangnya Transparansi/Akuntabilitas: Kurangnya penjelasan (disebut black box problem), sehingga diagnosis tidak dapat diverifikasi oleh dokter, meningkatkan risiko kesalahan diagnosis. | Sistem AI harus dirancang dengan prinsip Akuntabilitas dan Keterpenjelasan (Explainable AI - XAI), di mana ia harus menyediakan alasan, bobot fitur, atau sumber data yang mendasari keputusannya. |